Kamis, 06 November 2008

Kehamilan

KEHAMILAN & ASUHAN ANTENATAL

-------------------------------------------------------------------------------------------------------


Kenalilah berbagai pengetahuan tentang kehamilan dan asuhan antenatal.

Pengetahuan tersebut meliputi diagnosis kehamilan, asuhan antenatal, keadaan ibu & janin.


DIAGNOSIS KEHAMILAN


Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari). Kehamilan yang berlangsung antara 28 dan 37 minggu disebut kehamilan prematur sedangkan kehamilan yang lebih 43 minggu disebut kehamilan postmatur.


Menurut usia kehamilan, kehamilan dibagi menjadi :

1. Kehamilan trimester pertama (0-14 minggu)

2. Kehamilan trimester kedua (14-28 minggu)

3. Kehamilan trimester ketiga (28-42 minggu)


Gejala kehamilan tidak pasti :

- Amenore (tidak mendapat haid)

Penting diketahui tanggal dari hari pertama mendapat haid terakhir untuk

menentukan usia kehamilan dan taksiran partus. Rumus taksiran partus menurut

Naegele bila siklus haid sekitar 28 hari adalah tanggal dijumlah 7 sedangkan

bulan dikurangi 3.

- Nausea (enek) dengan atau tanpa vomitus (muntah)

Sering terjadi pagi hari pada bulan-bulan pertama kehamilan, disebut morning

sickness.

- Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu)

- Konstipasi / obstipasi

Ini disebabkan terjadinya penurunan peristaltik usus oleh hormon steroid.

- Sering kencing

Terjadi karena kandung kemih pada bulan-bulan pertama kehamilan tertekan

oleh uterus yang mulai membesar. Gejala ini akan berkurang perlahan-lahan lalu

timbul lagi pada akhir kehamilan.

- Pingsan dan mudah lelah

Pingsan sering dijumpai bila berada di tempat ramai pada bulan-bulan pertama

kehamilan lalu hilang setelah kehamilan 18 minggu.

- Anoreksia (tidak ada nafsu makan).


Tanda kehamilan tidak pasti :

- Pigmentasi kulit

Terjadi kira-kira minggu ke-12 atau lebih di daerah pipi, hidung dan dahi akibat

pengaruh hormon plasenta yang merangsang melanofor dan kulit. Ini dikenal

sebagai kloasma gravidarum.

- Leukore

Sekret serviks meningkat karena pengaruh peningkatan hormon progesteron.

- Epulis (hipertrofi papila gingiva)

Sering terjadi pada trimester pertama kehamilan.

- Perubahan payudara

Payudara menjadi tegang dan membesar karena pengaruh estrogen dan

progesteron yang merangsang duktuli dan alveoli payudara. Daerah areola

menghitam karena deposit pigmen berlebihan. Terdapat kolostrum pada

kehamilan lebih 12 minggu.

- Pembesaran abdomen

Jelas terlihat setelah kehamilan 14 minggu.

- Suhu basal meningkat terus 37,2-37,8 derajat selsius

- Perubahan organ-organ dalam pelvik :

a. Tanda Chadwick : vagina livid, terjadi pada kehamilan kira-kira 6 minggu.

b. Tanda Hegar : segmen bawah uterus lembek pada perabaan.

c. Tanda Piscaseck : uterus membesar ke salah satu jurusan.

d. Tanda Braxton-Hicks : uterus berkontraksi saat dirangsang. Tanda uterus ini

khas pada masa kehamilan.

- Tes kehamilan


Tes kehamilan :

- Yang banyak dipakai adalah pemeriksaan hormon korionik gonadotropin (hCG)

dalam urin.

- Dasarnya adalah reaksi antigen-antibodi dengan hCG sebagai antigen.

- Cara yang banyak digunakan adalah hemaglutinasi.

- Kadar terendah yang dapat terdeteksi adalah 50 iu/L.

- hCG dapat ditemukan pada hari pertama haid tidak datang.

- Tes yang dikenal antara lain Test Pack Plus hCG-Urine, Sure Step / Sure Strip,

Evatest, Event test, RST-hCG, Beta Gravindex, dsb.

- Hasil positif palsu dapat diperoleh pada penyakit trofoblas ganas.

- Dulu, reaksi yang biasa digunakan antara lain reaksi Galli-Mainini, Friedman dan

Ascheim-Zondek.


Tanda pasti kehamilan :

- Terasa bagian janin dan balotemen serta gerak janin pada palpasi.

- Terdengar bunyi jantung janin (BJJ) pada auskultasi. BJJ dapat terdengar saat

menggunakan stetoskop Laennec pada mulai kehamilan 18-20 minggu

sedangkan Doppler pada mulai 12 minggu.

- Terlihat gambaran janin dengan menggunakan ultrasonografi (USG) atau scanning.

- Tampak kerangka janin pada pemeriksaan sinar X. Sekarang tidak digunakan

karena dampak radiasi terhadap janin.


Diagnosa banding kehamilan antara lain :

- Pseudosiesis, yaitu adanya gejala-gejala seperti hamil karena adanya keinginan

kuat untuk hamil pada seorang wanita.

- Sistoma ovarii

- Mioma uteri

- Vesika urinaria dengan retensi urin

- Menopause.


Update : 29 Januari 2006


Sumber :


Kapita Selekta Kedokteran. Editor Mansjoer Arif (et al.) Ed. III, cet. 2. Jakarta : Media Aesculapius. 1999.

Empedu

Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau kekuningan, yang disekresikan oleh hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata. Pada beberapa spesies, empedu disimpan di kantung empedu dan dilepaskan ke usus dua belas jari untuk membantu proses pencernaan.


Empedu adalah sebuah organ dalam vertebrata, termasuk manusia. Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.


Kantung empedu atau kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kantung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap - bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.


KANDUNG EMPEDU


Kandung empedu merupakan kantong otot kecil yang berfungsi untuk menyimpan

empedu, yaitu cairan pencernaan berwarna kuning kehijauan yang dihasilkan oleh hati. Jika kita makan, kandung empedu akan berkontraksi dan mengosongkan empedu ke dalam usus untuk membantu pencernaan lemak dan vitamin-vitamin tertentu.


Empedu itu sendiri terdiri dari:

- Garam-garam empedu
- Elektrolit
- Pigmen
empedu (misalnya bilirubin)
- Kolesterol
- Lemak


Fungsi empedu adalah untuk membuang limbah tubuh tertentu (terutama pigmen hasil pemecahan sel darah merah dan kelebihan kolesterol) serta membantu pencernaan dan penyerapan lemak.

Garam empedu dapat meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak, dan vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus. Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah akan diubah menjadi bilirubin (pigmen utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam empedu. Berbagai protein yang memegang peranan penting dalam fungsi empedu juga disekresi dalam empedu.


Pendarahan Post Partum

PERDARAHAN POST PARTUM

-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir.



Pembagian perdarahan post partum :

1. Perdarahan post partum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi

selama 24 jam setelah anak lahir.

2. Perdarahan post partum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi

setelah 24 jam anak lahir. Biasanya hari ke 5-15 post partum.


Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum :

1. Menghentikan perdarahan.

2. Mencegah timbulnya syok.

3. Mengganti darah yang hilang.


Frekuensi perdarahan post partum 4/5-15 % dari seluruh persalinan. Berdasarkan penyebabnya :

1. Atoni uteri (50-60%).

2. Retensio plasenta (16-17%).

3. Sisa plasenta (23-24%).

4. Laserasi jalan lahir (4-5%).

5. Kelainan darah (0,5-0,8%).


Etiologi perdarahan post partum :

1. Atoni uteri.

2. Sisa plasenta dan selaput ketuban.

3. Jalan lahir : robekan perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim.

4. Penyakit darah

Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia

yang sering dijumpai :

- Perdarahan yang banyak.

- Solusio plasenta.

- Kematian janin yang lama dalam kandungan.

- Pre eklampsia dan eklampsia.

- Infeksi, hepatitis dan syok septik.


Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri :

- Umur

- Paritas

- Partus lama dan partus terlantar.

- Obstetri operatif dan narkosa.

- Uterus terlalu regang dan besar misalnyaa pada gemelli, hidramnion atau janin

besar.

- Kelainan pada uterus seperti mioma uterii, uterus couvelair pada solusio plasenta.

- Faktor sosio ekonomi yaitu malnutrisi.


Cara membuat diagnosis perdarahan post partum :

1. Palpasi uterus : bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uterus.

2. Memeriksa plasenta dan ketuban : apakah lengkap atau tidak.

3. Melakukan eksplorasi kavum uteri untuk mencari :

- Sisa plasenta dan ketuban.

- Robekan rahim.

- Plasenta suksenturiata.

4. Inspekulo : untuk melihat robekan pada serviks, vagina dan varises yang pecah.

5. Pemeriksaan laboratorium : periksa darah, hemoglobin, clot observation test

(COT), dan lain-lain.


Perdarahan post partum adakalanya merupakan perdarahan yang hebat maupun perdarahan perlahan-lahan tetapi terus-menerus. Keduanya dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan dapat menjadi syok. Oleh karena itu penting sekali pada setiap ibu bersalin dilakukan pengukuran kadar darah secara rutin; serta pengawasan tekanan darah, nadi dan pernapasan ibu, kontraksi uterus dan perdarahan selama 1 jam.


Beberapa menit setelah janin lahir, biasanya mulai terjadi proses pelepasan plasenta disertai sedikit perdarahan. Bila plasenta sudah lepas dan turun ke bagian bawah rahim maka uterus akan berkontraksi untuk mengeluarkan plasenta (his pengeluaran plasenta).


Penanganan Perdarahan Post Partum

__________________________________


Penanganan perdarahan post partum berupa mencegah perdarahan post partum, mengobati perdarahan kala uri dan mengobati perdarahan post partum pada atoni uteri.


Cara mencegah perdarahan post partum yaitu memeriksa keadaan fisik, keadaan umum, kadar hemoglobin, golongan darah dan bila mungkin tersedia donor darah. Sambil mengawasi persalinan, dipersiapkan keperluan untuk infus dan obat-obatan penguat rahim (uterotonika). Setelah ketuban pecah, kepala janin mulai membuka vulva, infus dipasang dan sewaktu bayi lahir diberikan 1 ampul methergin atau kombinasi dengan 5 satuan sintosinon (sintometrin intravena). Hasilnya biasanya memuaskan.


Cara mengobati perdarahan kala uri :

- Memberikan oksitosin.

- Mengeluarkan plasenta menurut cara Credee (1-2 kali).

- Mengeluarkan plasenta dengan tangan.


Pengeluaran plasenta dengan tangan segera sesudah janin lahir dilakukan bila :

- Menyangka akan terjadi perdarahan post ppartum.

- Perdarahan banyak (lebih 500 cc).

- Retensio plasenta.

- Melakukan tindakan obstetri dalam narkossa.

- Riwayat perdarahan post partum pada perssalinan yang lalu.


Jika masih ada sisa-sisa plasenta yang agak melekat dan masih terdapat perdarahan segera lakukan utero-vaginal tamponade selama 24 jam, diikuti pemberian uterotonika dan antibiotika selama 3 hari berturut-turut dan pada hari ke-4 baru dilakukan kuretase untuk membersihkannya.


Jika disebabkan oleh luka-luka jalan lahir, luka segera dijahit dan perdarahan akan berhenti.


Pengobatan perdarahan post partum pada atoni uteri tergantung banyaknya perdarahan dan derajat atoni uteri yang dibagi dalam 3 tahap :

1. Tahap I : perdarahan yang tidak banyak dapat diatasi dengan memberikan

uterotonika, mengurut rahim (massage) dan memasang gurita.

2. Tahap II : bila perdarahan belum berhenti dan bertambah banyak, selanjutnya

berikan infus dan transfusi darah lalu dapat lakukan :

- Perasat (manuver) Zangemeister.

- Perasat (manuver) Fritch.

- Kompresi bimanual.

- Kompresi aorta.

- Tamponade utero-vaginal.

- Jepit arteri uterina dengan cara Henkel.

3. Tahap III : bila belum tertolong maka usaha terakhir adalah menghilangkan

sumber perdarahan dengan 2 cara yaitu meligasi arteri hipogastrika atau

histerektomi.


Retensio Plasenta

_________________


Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir selama 1 jam setelah bayi lahir.


Penyebab retensio plasenta :

1. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh lebih

dalam. Menurut tingkat perlekatannya :

a. Plasenta adhesiva : plasenta yang melekat pada desidua endometrium lebih

dalam.

b. Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua

endometrium sampai ke miometrium.

c. Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus miometrium sampai ke

serosa.

d. Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembus serosa atau peritoneum

dinding rahim.

2. Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar karena atoni

uteri atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim (akibat

kesalahan penanganan kala III) yang akan menghalangi plasenta keluar

(plasenta inkarserata).


Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi bila sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi perdarahan. Ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya.


Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih atau rektum penuh. Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan.


Penanganan retensio plasenta berupa pengeluaran plasenta dilakukan apabila plasenta belum lahir dalam 1/2-1 jam setelah bayi lahir terlebih lagi apabila disertai perdarahan.


Tindakan penanganan retensio plasenta :

1. Coba 1-2 kali dengan perasat Crede.

2. Mengeluarkan plasenta dengan tangan (manual plasenta).

3. Memberikan transfusi darah bila perdarahan banyak.

4. Memberikan obat-obatan misalnya uterotonika dan antibiotik.


Manual plasenta :

1. Memasang infus cairan dekstrose 5%.

2. Ibu posisi litotomi dengan narkosa dengan segala sesuatunya dalam keadaan

suci hama.

3. Teknik : tangan kiri diletakkan di fundus uteri, tangan kanan dimasukkan dalam

rongga rahim dengan menyusuri tali pusat sebagai penuntun. Tepi plasenta

dilepas - disisihkan dengan tepi jari-jari tangan - bila sudah lepas ditarik keluar.

Lakukan eksplorasi apakah ada luka-luka atau sisa-sisa plasenta dan

bersihkanlah. Manual plasenta berbahaya karena dapat terjadi robekan jalan

lahir (uterus) dan membawa infeksi.


Inversio Uteri

_______________


Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri.


Pembagian inversio uteri :

1. Inversio uteri ringan : fundus uteri terbalik menonjol ke dalam kavum uteri

namun belum keluar dari ruang rongga rahim.

2. Inversio uteri sedang : terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina.

3. Inversio uteri berat : uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah

keluar vagina.


Penyebab inversio uteri :

1. Spontan : grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan, tekanan

intra abdominal yang tinggi (mengejan dan batuk).

2. Tindakan : cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat, manual plasenta yang

dipaksakan, perlekatan plasenta pada dinding rahim.


Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya inversio uteri :

1. Uterus yang lembek, lemah, tipis dindingnya.

2. Tarikan tali pusat yang berlebihan.

3. Patulous kanalis servikalis.


Frekuensi inversio uteri : angka kejadian 1 : 20.000 persalinan.


Diagnosis dan gejala klinis inversio uteri :

1. Dijumpai pada kala III atau post partum dengan gejala nyeri yang hebat,

perdarahan yang banyak sampai syok. Apalagi bila plasenta masih melekat dan

sebagian sudah ada yang terlepas dan dapat terjadi strangulasi dan nekrosis.

2. Pemeriksaan dalam :

- Bila masih inkomplit maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri

cekung ke dalam.

- Bila komplit, di atas simfisis uterus teraba kosong dan dalam vagina teraba

tumor lunak.

- Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).


Penanganan inversio uteri :

1. Pencegahan : hati-hati dalam memimpin persalinan, jangan terlalu mendorong

rahim atau melakukan perasat Crede berulang-ulang dan hati-hatilah dalam

menarik tali pusat serta melakukan pengeluaran plasenta dengan tajam.

2. Bila telah terjadi maka terapinya :

- Bila ada perdarahan atau syok, berikan infus dan transfusi darah serta perbaiki

keadaan umum.

- Segera itu segera lakukan reposisi kalau perlu dalam narkosa.

- Bila tidak berhasil maka lakukan tindakan operatif secara per abdominal

(operasi Haultein) atau per vaginam (operasi menurut Spinelli).

- Di luar rumah sakit dapat dibantu dengan melakukan reposisi ringan yaitu

dengan tamponade vaginal lalu berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.


Update : 6 Maret 2006


Sumber :


Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi & Obstetri Patologi. Jilid I ed. ke-2. dr. Delfi Lutan Sp.OG (editor). Jakarta : EGC. 1998. 298-306.

Konsep Pengobatan Kanker

(ONKOLOGI)

KONSEP PENGOBATAN KANKER
Oleh : Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, Sp.OG.

Degenerasi ganas di masa yang akan datang, dapat merupakan penyebab utama kematian dikarenakan semakin banyaknya masyarakat yang mencapai lanjut usia.


Kanker


Merupakan penyakit sel dengan ciri kegagalan atau gangguan dalam mengatur multiplikasi dan fungsi homeostatiknya dalam organisme multiseluler.


Sifat umum penyakit kanker :

- Pertumbuhan yang berlebihan

- Gangguan diferensiasi sel sehingga mirip mudigah

- Bersifat invasif

- Bersifat metastatik

- Bersifat herediter

- Terjadi pergeseran metabolisme menuju makromolekul dalam bentuk nukleosida

dan asam amino, sehingga meningkatkan kebutuhan karbohidrat untuk

pertumbuhannya.


Cara sel kanker mengganggu hospes :

- Pendesakan terhadap organ sekitarnya

- Menghancurkan jaringan sekitarnya

- Gangguan sistemik karena metastase

- Mungkin mengeluarkan toksin sehingga hospes tampak toksis.


Untuk dapat menetapkan pemberian obat antikanker diperlukan pertimbangan yang seksama menyangkut :

- Riwayat penderita

- Keadaan penderita yang akan menerima obat antikanker

- Keuntungan dan kerugian pengobatan tersebut.


Efek kesembuhan obat antikanker dapat meliputi :

1. Dapat terjadi kesembuhan sehingga 5 YSR tinggi : Gejala klinik menghilang dan

besarnya tumor kecil.

2. Terjadi kesembuhan sebagian tetapi akan terjadi rekuren karena tidak

seluruhnya dapat dimatikan atau dihambat.

3. Obat antikanker memberikan respon tetapi perbaikan umum tidak banyak terjadi.

4. Obat antikanker tidak berguna sama sekali.


Dengan demikian, obat antikanker yang tepat seyogyanya :

- Tepat guna dan berhasil guna.

- Obat antikanker merupakan obat yang mahal.

- Komplikasi atau efek sampingnya dapat merusak sel yang mempunyai

pertumbuhan aktif.


Cara kerja obat antikanker :

- Mengganggu pembentukan sistem DNA dan RNA serta protein.

- Mengganggu aktivitas enzim dalam sel sehingga mengganggu pembentukan

protein dalam sel.


Jika dikaji lebih mendalam, pertumbuhan sel normal pun mengikuti mata rantai sehingga sel yang mempunyai pertumbuhan cepat akan menerima efek samping obat antikanker.


Efek Non-Terapi

_______________


Seperti diketahui, obat antikanker hanya sebagian yang mempunyai sifat spesifik dan sebagian besar bersifat selektif spesifik sehingga masih mempunyai efek non-terapi dalam bentuk gangguan terhadap sel yang mempunyai sifat proliferasi tinggi.


1. Efek terhadap sistem hemopoetik

- Supresi hemopoetik

- Leukopenia

- Trombosit menurun

- Dapat pulih kembali dalam 2 minggu.

2. Efek terhadap sistem gastrointestinal :

- Anoreksia

- Mual muntah

- Diare

- Ulserasi mukosa mulut sampai intestin menimbulkan diare dan berdarah.

- Stomatitis

- Komplikasi fatal bila terjadi perforasi usus.

3. Reaksi terhadap kulit :

- Eritema sampai urtikaria

- Erupsi makulopapular sampai sindrom Steven Johnson

- Rambut rontok dan tumbuh kembali setelah beberapa minggu.

4. Efek terhadap ginjal : nefropati hiperurisemik

- Pemecahan dari nukleoprotein dalam bentuk asam urat dikeluarkan melalui

ginjal.

5. Gangguan terhadap fungsi lever diketahui melalui hasil laboratorium.


Siklus tumbuh sel kanker :

1. Fase M (mitotik) : Sel sedang membelah diri.

2. Fase G1 - fase pascaminetik

- Variasi waktu dalam aktivitas sel panjang.

- Pembentukan RNA.

- Sel kanker dapat berdiferensiasi atau terus terjadi proliferasi.

3. Fase S - DNA sintesis : Pembentukan DNA baru.

4. Fase G2; pascasintesis :

- Duplikasi kromosom sel.

- Duplikasi DNA dalam setiap sel kanker dari sel normal.

- Waktu singkat dan dapat terus menjalani fase mitosis.

5. Ge = fase istirahat

- Pada saat ini sel tidak melakukan pembelahan diri.


Perlu diketahui bahwa :

1. Generation time :

- Waktu yang diperlukan untuk melakukan mitosis dan kembali mitosis lagi

(mitosis fase to mitosis)

2. Growth fraction tumor :

- Bagian dari tumor pada waktu tertentu yang aktif melakukan mitosis dan

seterusnya.

- Artinya tidak semua bagian tumor secara aktif mengambil bagian melakukan

pembelahan diri.


Pembagian sel kanker :

1. Cell cycle nonspesific :

- Kelompok obat antikanker ini dapat membunuh sel kanker dalam semua fase

pemecahannya.

- Tidak tergantung dari kemampuan sel berproliferasi.

2. Cell cycle spesific :

- Tergantung pada obat antikanker yang bekerja spesifik dalam siklus

pemecahan sel kanker.

- Cara kerjanya hanya memutus salah satu fase dalam siklus sel.

- Sel yang berada diluar siklus tersebut, akan bebas dari pengaruh antikanker ini.


Dalam pengobatan kanker, Goldie-Goleman mengemukakan hipotesis bahwa :

- Setiap sel kanker mempunyai intrinsik sensitifitas terhadap antikanker.

- Bersamaan dengan waktu tersebut terjadi resisten terhadap antikanker.

- Sel kanker dapat melakukan perpindahan DNA sehingga sel resisten terhadap

antikanker tersebut (pleiotropic drug resistant).


Cara pemberian antikanker secara umum sebagai berikut :

1. Pengobatan oral, intravenous, intramuskuler atau intra arterial.

2. Dapat juga diberikan intraperitonial atau intrapleural.


Penggolongan obat antikanker


1. Golongan alkil (alkylating agents)

- Tempat kerja terutama pada DNA.

- Mempunyai beberapa komponen alkil yang dapat bekerja pada DNA dengan

cara mengadakan ikatan pada asam nukleik, protein, dan asam amino.

- Ikatannya terutama pada N-7 guanin dan tempat lainnya.

- Oleh karena dapat melepaskan beberapa alkil radikal, dapat mengadakan

reaksi di beberapa tempat sehingga dapat mematahkan pembentukan DNA,

RNA dan pembentukan proteinnya.

- Cara kerja ini mirip dengan radiasi sehingga disebut radiomimetik.

- Kelemahan golongan alkil dapat menimbulkan resistensi silang karena alkil

radikal yang dilepaskan dapat bereaksi terhadap DNA lainnya. Artinya bila

diberikan golongan antikanker alkil, akan terjadi resistensi atau alkylating like

agents.

2. Golongan antitumor antibiotik

- Golongan ini didapat dari jamur tergolong cell cycle nonspesific, artinya dapat

bekerja pada semua fase pemecahan sel kanker.

- Cara kerjanya :

> Sekresi diantara pasangan DNA.

> Mengeluarkan komponen radikal yang dapat merusak DNA, RNA dan protein

vital sel kanker.

> Mengeluarkan ionisasi sehingga membran sel kanker menjadi rusak.

- Karena sifatnya cell cycle nonspesific yang luas disebutkan antitumor antibiotik

dan berasal dari tumbuhan, khususnya jamur streptomyces.

3. Golongan antimetabolit

Cara kerja intraseluler sel kanker :

- Mengganggu enzim sehingga tidak menghasilkan sesuai dengan kebutuhan sel

dan hasilnya menyimpang dan tidak dapat dimanfaatkan.

- Strukturnya seperti sulestan yang terdapat dalam sel normal, diantaranya

golongan purin atau pirimidin.

- Aspek kerjanya dapat dalam bentuk asli antikanker atau memerlukan

biotransformasi dalam lever sehingga menjadi obat antikanker aktif.

- Dengan gangguan pembentukan purin dan pirimidin, akan menghalangi

periferasi sel kanker.

- Sifatnya cell cycle spesific.

4. Plant alkalein

- Berasal dari tumbuhan vinca rosea.

- Merupakan mata rantai kompleks dengan kerja :

> Intraseluler mikrotubuler, khususnya tubulin.

> Mengganggu pembentukan mikrotubulus sehingga sel kanker tidak mampu

melakukan proses mitosis.

> Golongan ini terutama vincristine dan vinblastine.

> Golongan taxol bekerja pada mikrotubulus yang menyebabkan polimerisasi

dan stabilitas sel sehingga sel mengalami kematian.


Daftar Pustaka


1. Hayeer, EG., Gan Sulistia dan Nufrialdi, Antikanker Farmakologi dan Terapi, FKUI,

Jakarta : 624.

2. Husodo, Lukito dan Lila Nuranna, Sitostatika dalam Ginekologi, Ilmu Kandungan,

Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1997, 656.

3. Young, Robert C., Chemotherapy : Practical Gynecologic Oncology, Second Edition,

Williams & Wilkins, Baltimore : 1994, 3.

4. Young, Robert C., and Gilliam M. Thomas, General Principles of Cancer Therapy,

Novaks Gynecology, Twelveth Edition, Williams & Wilkin, Baltimore : 1996, 1015.


Update : 28 Januari 2006


Sumber :


Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. 2001. Jakarta : EGC.

Kelainan pada kehamilan

(KELAINAN PADA KEHAMILAN)

DISTOSIA BAHU

Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan.


Penanganan umum distosia bahu :

- Pada setiap persalinan, bersiaplah untuk menghadapi distosia bahu, khususnya

pada persalinan dengan bayi besar.

- Siapkan beberapa orang untuk membantu.


"Distosia bahu tidak dapat diprediksi"


Diagnosis distosia bahu :

- Kepala janin dapat dilahirkan tetapi tetap berada dekat vulva.

- Dagu tertarik dan menekan perineum.

- Tarikan pada kepala gagal melahirkan bahu yang terperangkap di belakang

simfisis pubis.


Penanganan distosia bahu :

1. Membuat episiotomi yang cukup luas untuk mengurangi obstruksi jaringan lunak

dan memberi ruangan yang cukup untuk tindakan.

2. Meminta ibu untuk menekuk kedua tungkainya dan mendekatkan lututnya

sejauh mungkin ke arah dadanya dalam posisi ibu berbaring terlentang. Meminta

bantuan 2 asisten untuk menekan fleksi kedua lutut ibu ke arah dada.

3. Dengan memakai sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi :

- Melakukan tarikan yang kuat dan terus-menerus ke arah bawah pada kepala

janin untuk menggerakkan bahu depan dibawah simfisis pubis.

Catatan : hindari tarikan yang berlebihan pada kepala yang dapat

mengakibatkan trauma pada fleksus brakhialis.

- Meminta seorang asisten untuk melakukan tekanan secara simultan ke arah

bawah pada daerah suprapubis untuk membantu persalinan bahu.

Catatan : jangan menekan fundus karena dapat mempengaruhi bahu lebih

lanjut dan dapat mengakibatkan ruptur uteri.

4. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan :

- Pakailah sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi, masukkan tangan

ke dalam vagina.

- Lakukan penekanan pada bahu yang terletak di depan dengan arah sternum

bayi untuk memutar bahu dan mengecilkan diameter bahu.

- Jika diperlukan, lakukan penekanan pada bahu belakang sesuai dengan arah

sternum.

5. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan :

- Masukkan tangan ke dalam vagina.

- Raih humerus dari lengan belakang dan dengan menjaga lengan tetap fleksi

pada siku, gerakkan lengan ke arah dada. Ini akan memberikan ruangan

untuk bahu depan agar dapat bergerak dibawah simfisis pubis.

6. Jika semua tindakan di atas tetap tidak dapat melahirkan bahu, pilihan lain :

- Patahkan klavikula untuk mengurangi lebar bahu dan bebaskan bahu depan.

- Lakukan tarikan dengan mengait ketiak untuk mengeluarkan lengan belakang.


Update : 6 Maret 2006


Sumber :


Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Editor : Abdul Bari Saifuddin, Gulardi Hanifa Wiknjosastro, Biran Affandi, Djoko Waspodo. Ed. I, Cet. 5, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2003.



HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Oleh : dr. H.B. Hafied & dr. H.M.M. Palisuri, Sp.OG.


Pengertian

__________


Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit seperti appendisitis, pielititis, dan sebagainya.(1)


Etiologi

________


Tidak jelas.(2)


Klasifikasi(2,3,4)

___________


Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu :


1. Tingkat I

Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman,

berat-badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan,

lendir dan sedikit empedu kemudian hanya lendir, cairan empedu dan terakhir

keluar darah. Nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan darah

sistole menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin

masih normal.

2. Tingkat II

Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat,

subfebril, nadi cepat dan lebih 100-140 kali per menit, tekanan darah sistole

kurang 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus ada, aseton

ada, bilirubin ada dan berat-badan cepat menurun.

3. Tingkat III

Gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, ikterus,

sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin ada, dan proteinuria.


Diagnosis(2,4)

_________


1. Amenore yang disertai muntah hebat (segala yang dimakan dan diminum akan

dimuntahkan), pekerjaan sehari-hari terganggu, dan haus hebat.

2. Fungsi vital : nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun pada

keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma).

3. Fisis : dehidrasi, keadaan berat, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan

menurun, porsio lunak pada vaginal touche, uterus besar sesuai besarnya

kehamilan.

4. Laboratorium : kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, shift to the left,

benda keton dan proteinuria.


Penatalaksanaan(2,3)

________________


1. Rawat di rumah sakit, batasi pengunjung.

2. Stop per oral 24-48 jam.

3. Infus glukosa 10% atau 5% : RL = 2 : 1, 40 tetes per menit.

4. Obat

- Vitamin B1, B2 dan B6 masing-masing 50-100 mg/hr/infus.

- Vitamin B12 200 mcg/hr/infus, vit. C 200/hr/infus.

- Phenobarbital 30 mg IM 2-3 kali per hari atau chlorpromazine 25-50 mg/hr IM

atau diazepam 5 mg 2-3 kali per hari IM.

- Antiemetik : prometazine (avopreg) 2-3 kali 25 mg per hari per oral atau

prochlorperazine (stimetil) 3 kali 3 mg per hari per oral atau mediamer B6 3

kali 1 per hari per oral.

- Antasida : acidrine 3 x 1 tab per hari per oral atau mylanta 3 x 1 tab per hari

per oral atau magnam 3 x 1 tab per hari per oral.

5. Diet

a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya

berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama

makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam zat-zat gizi

kecuali vitamin C karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.

b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara

berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman

tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat-zat

gizi kecuali vitamin A dan D.

c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.

Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan.

Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium.


Daftar Pustaka

______________


1. Fairwether. Nausea and Vomity in Pregnancy, Am J Obst. & gynec. 1968. vol. 102;

135-171.

2. Mannor SM. Hyperemesis Gravidarum. In : Iffty L, Kaminetzky HA eds. Principles

and Practise of Obstetric and Perinatology. Vol. 12. Toronto : A Wiley Medical

Publication. 1981. 1155-1164.

3. Greenhill. Obstetrics 12 th. ed. Philadelphia : WB. Saunders Company. 1961. 375-

377.

4. Belscher NA, Macky. Obstetric and the Newborn and Illustrated Textbook 2nd. ed.

Sydney : WB. Saunders Company 1986. 305.


Update : 15 Februari 2006


Sumber :


Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, dr. I.M.S. Murah Manoe, Sp.OG., dr. Syahrul Rauf, Sp.OG., dr. Hendrie Usmany, Sp.OG. (editors). Bagian / SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Rumah Sakit Umum Pusat, dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, 1999.



MOLA HIDATIDOSA
Oleh : dr. Efendi Lukas, dr. H.A. Arifuddin Djuanna, Sp.OG.


Pengertian

__________


Mola hidatidosa adalah penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan degenerasi kistik villi dan perubahan hidropik. (1,2)


Patofisiologi

____________


Teori terjadinya penyakit trofoblas ada 2, yaitu teori missed abortion dan teori neoplasma dari Park.


Teori missed abortion menyatakan bahwa mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu (missed abortion) karena itu terjadi gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.


Teori neoplasma dari Park menyatakan bahwa yang abnormal adalah sel-sel trofoblas dan juga fungsinya dimana terjadi resorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga timbul gelembung. Hal ini menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah.


Gejala Klinik (1,2,3)

____________


Gejala klinik pasien mola hidatidosa :

- Adanya tanda-tanda kehamilan disertai perdarahan. Perdarahan ini bisa

intermitten, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok

atau kematian. Karena perdarahan ini maka umumnya penderita mola hidatidosa

masuk rumah sakit dalam keadaan anemia.

- Hiperemesis gravidarum.

- Tanda-tanda pre eklampsia pada trimester I.

- Tanda-tanda tirotoksikosis.

- Kista lutein unilateral / bilateral.

- Umumnya uterus lebih besar dari usia kehamilan.

- Tidak dirasakan adanya tanda-tanda gerakan janin, balotemen negatif kecuali

pada mola parsial.


Pemeriksaan Penunjang (1,2,3)

_______________________


Pemeriksaan penunjang mola hidatidosa :

- Foto toraks

- HCG urin atau serum

- USG

- Uji sonde menurut Hanifa. Tandanya yaitu sonde yang dimasukkan tanpa tahanan

dan dapat diputar 360 derajat dengan deviasi sonde kurang dari 10 derajat.

- T3 & T4 bila ada gejala tirotoksikosis.


Penanganan

____________


Terapi mola hidatidosa ada 3 tahapan yaitu :

1. Perbaikan keadaan umum (4,5)

2. Pengeluaran jaringan mola dengan cara kuretase dan histerektomi

3. Pemeriksaan tindak lanjut (1,3)


Perbaikan Keadaan Umum (4,5)

------------------------------


Perbaikan keadaan umum pada pasien mola hidatidosa, yaitu :

- Koreksi dehidrasi

- Transfusi darah bila ada anemia (Hb 8 gr% atau kurang)

- Bila ada gejala pre eklampsia dan hiperemesis gravidarum, diobati sesuai dengan

protokol penanganan di bagian obstetri & ginekologi fakultas kedokteran UNHAS

- Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis, dikonsul ke bagian penyakit dalam.


Kuretase (3,5)

----------


Kuretase pada pasien mola hidatidosa : (3,5)

- Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai (pemeriksaan darah rutin, kadar

beta HCG dan foto toraks) kecuali bila jaringan mola sudah keluar spontan.

- Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan pemasangan laminaria dan

kuretase dilakukan 24 jam kemudian.

- Sebelum melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc dan pasang infus dengan

tetesan oksitosin 10 IU dalam 500 cc dektrose 5%.

- Kuretase dilakukan 2 kali dengan interval minimal 1 minggu.

- Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke laboratorium PA.


Histerektomi (1,2,6)

---------------


Syarat melakukan histerektomi adalah :

- umur ibu 35 tahun atau lebih.

- Sudah memiliki anak hidup 3 orang atau lebih.


Pemeriksaan Tindak Lanjut (1,3)

-------------------------------


Pemeriksaan tindak lanjut pada pasien mola hidatidosa meliputi :

- Lama pengawasan 1-2 tahun.

- Selama pengawasan, pasien dianjurkan untuk memakai kontrasepsi kondom, pil

kombinasi atau diafragma. Pemeriksaan fisik dilakukan setiap kali pasien datang

untuk kontrol.

- Pemeriksaan kadar beta HCG dilakukan setiap minggu sampai ditemukan

kadarnya yang normal 3 kali berturut-turut.

- Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai ditemukan kadarnya

yang normal 6 kali berturut-turut.

- Bila telah terjadi remisi spontan (kadar beta HCG, pemeriksaan fisik, dan foto

toraks semuanya normal) setelah 1 tahun maka pasien tersebut dapat berhenti

menggunakan kontrasepsi dan dapat hamil kembali.

- Bila selama masa observasi, kadar beta HCG tetap atau meningkat dan pada

pemeriksaan foto toraks ditemukan adanya tanda-tanda metastasis maka pasien

harus dievaluasi dan dimulai pemberian kemoterapi.


Komplikasi (1,2)

__________


Komplikasi mola hidatidosa meliputi :

- Perdarahan hebat

- Anemis

- Syok

- Infeksi

- Perforasi uterus

- Keganasan (PTG)


Perawatan

__________


Lama perawatan pasien mola hidatidosa sekitar 7 hari apabila tidak ada komplikasi berat.


Daftar Pustaka

______________


1. Martaadisoebrata. Penyakit serta Kelainan Plasenta dan Selaput Janin dalam

Wiknyosastro Saifuddin AB, Rachimhadhi T, eds. Ilmu Kebidanan. Ed. III.

Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 1991. 339-354.

2. Pengurus Besar POGI. Standar Pelayanan Medik Obstetri & Ginekologi. Bag. 1.

Jakarta : Balai Penerbit FKUI 1995. 41-45.

3. Disaia PJ, Creasman WT, Gestational Trophoblastic Neoplasia. in : Clinical

Gynecology Oncology 4th ed. Missouri : Mosby Year Book. 1993. 210-237.

4. Cunningham F, Mac. Donald PC, Gant NF. Disease and Abnormalities of the

Placenta and Fetal Membranes. in : William's Obstetrics 18th ed. Connecticut :

Appleton & Lange. 1989. 540-553.

5. Martaadisoebrata. Epidemiologi & Perkembangan Penanggulangan Penyakit

Trofoblas. Bandung : Kanwil Depkes Jawa Barat, Yayasan Kanker Indonesia.

1987. 11-40.

6. Budi A., Muin A., Lukas E., Djuanna A. Penatalaksanaan Penyakit Trofoblas

Kehamilan. Makassar : Bagian Obstetri & Ginekologi FKUH UP. 1995.


Update : 14 Januari 2006


Sumber :


Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, dr. I.M.S. Murah Manoe, Sp.OG., dr. Syahrul Rauf, Sp.OG., dr. Hendrie Usmany, Sp.OG. (editors). Bagian / SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Rumah Sakit Umum Pusat, dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, 1999.



PERDARAHAN PADA KEHAMILAN MUDA


Perdarahan pada kehamilan muda adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 22 minggu.


Penanganan umum perdarahan pada kehamilan muda :

- Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien, termasuk

tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, dan suhu).

- Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik

kurang 90 mmHg, nadi lebih 112 kali per menit).

- Jika dicurigai terjadi syok, segera mulai penanganan syok. Jika tidak terlihat tanda-

tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan

evaluasi mengenai kondisi wanita karena kondisinya dapat memburuk dengan

cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk memulai penanganan syok dengan

segera.

- Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik

terganggu.

- Pasang infus dengan jarum infus besar (16 G atau lebih), berikan larutan garam

fisiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat (500 cc dalam 2 jam pertama).


Diagnosis perdarahan pada kehamilan muda :

1. Pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik pada wanita dengan anemia, penyakit

radang panggul (pelvic inflammatory disease- PID), gejala abortus atau keluhan

nyeri yang tidak biasa.

Catatan : Jika dicurigai adanya kehamilan ektopik, lakukan pemeriksaan

bimanual secara hati-hati karena kehamilan ektopik awal bisa sampai mudah

pecah.

2. Pikirkan kemungkinan abortus pada wanita usia reproduktif yang mengalami

terlambat haid (lebih 1 bulan sejak haid terakhir) dan mempunyai 1 atau lebih

tanda berikut : perdarahan, kaku perut, pengeluaran sebagian produk konsepsi,

serviks yang berdilatasi atau uterus yang lebih kecil dari seharusnya.

3. Jika abortus merupakan kemungkinan diagnosis, kenali dan segera tangani

komplikasi yang ada.


1. Diagnosis abortus imminens :

- Bercak perdarahan hingga perdarahan sedang. Perdarahan ringan

membutuhkan waktu lebih 5 menit untuk membasahi pembalut atau kain

bersih.

- Serviks tertutup.

- Uterus sesuai dengan usia kehamilan.

- Gejala / tanda : kram perut bawah dan uterus lunak.

2. Diagnosis kehamilan ektopik terganggu :

- Bercak perdarahan hingga perdarahan sedang.

- Serviks tertutup.

- Uterus sedikit membesar dari usia kehamilan normal

- Gejala / tanda : limbung atau pingsan, nyeri perut bawah, nyeri goyang porsio,

massa adneksa, dan cairan bebas intra abdomen.

3. Diagnosis abortus komplit :

- Bercak perdarahan hingga perdarahan sedang.

- Serviks tertutup atau terbuka.

- Uterus lebih kecil dari usia kehamilan normal

- Gejala / tanda : sedikit atau tanpa nyeri perut bawah, dan riwayat ekspulsi hasil

konsepsi.

4. Diagnosis abortus insipiens :

- Perdarahan sedang hingga masif (banyak). Perdarahan berat membutuhkan

waktu kurang 5 menit untuk membasahi pembalut atau kain bersih.

- Serviks terbuka.

- Uterus sesuai usia kehamilan.

- Gejala / tanda : kram / nyeri perut bawah, dan belum terjadi ekspulsi hasil

konsepsi.

5. Diagnosis abortus inkomplit :

- Perdarahan sedang hingga masif (banyak).

- Serviks terbuka.

- Uterus sesuai usia kehamilan.

- Gejala / tanda : kram / nyeri perut bawah, dan ekspulsi sebagian hasil konsepsi.

6. Diagnosis abortus mola :

- Perdarahan sedang hingga masif (banyak).

- Serviks terbuka.

- Uterus lunak dan lebih besar dari usia kehamilan

- Gejala / tanda : mual / muntah, kram perut bawah, sindrom mirip pre

eklampsia, tidak ada janin, dan keluar jaringan seperti anggur.


Tanda dan gejala abortus antara lain nyeri abdomen bawah, nyeri lepas, uterus terasa lemas, perdarahan berlanjut, lemah, lesu, demam, sekret vagina berbau, sekret & pus dari serviks, dan nyeri goyang serviks. Komplikasinya adalah infeksi / sepsis. Penanganannya adalah mulai memberikan antibiotik sesegera mungkin sebelum melakukan aspirasi vakum manual. Antibiotiknya berupa ampisilin 2 gr IV tiap 6 jam ditambah gentamisin 5 mg/kgbb IV tiap 24 jam ditambah metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam sampai ibu bebas demam 48 jam.


Tanda dan gejala lainnya adalah nyeri / kaku pada abdomen, nyeri lepas, distensi abdomen, abdomen terasa tegang & keras, nyeri bahu, mual-muntah, dan demam. Komplikasinya adalah perlukaan uterus, vagina atau usus. Penanganannya yaitu lakukan laparotomi untuk memperbaiki perlukaan dan lakukan aspirasi vakum manual secara berurutan. Mintalah bantuan lebih lanjut jika dibutuhkan.


Jenis-Jenis Abortus

___________________


Jenis-jenis abortus :

1. Abortus spontan

2. Abortus yang disengaja

3. Abortus tidak aman

4. Abortus septik


Abortus spontan adalah penghentian kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas (usia kehamilan 22 minggu). Tahapan abortus spontan meliputi :

1. Abortus imminens (kehamilan dapat berlanjut).

2. Abortus insipiens (kehamilan tidak akan berlanjut dan akan berkembang menjadi

abortus inkomplit atau abortus komplit).

3. Abortus inkomplit (sebagian hasil konsepsi telah dikeluarkan).

4. Abortus komplit (seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan).


Abortus yang disengaja adalah suatu proses dihentikannya kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas.


Abortus tidak aman adalah suatu prosedur yang dilakukan oleh orang yang tidak berpengalaman atau dalam lingkungan yang tidak memenuhi standar medis minimal atau keduanya.


Abortus septik adalah abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi-sepsis dapat berasal dari infeksi jika organisme penyebab naik dari saluran kemih bawah setelah abortus spontan atau abortus tidak aman. Sepsis cenderung akan terjadi jika terdapat sisa hasil konsepsi atau terjadi penundaan dalam pengeluaran hasil konsepsi. Sepsis merupakan komplikasi yang sering terjadi pada abortus tidak aman dengan menggunakan peralatan.


Penanganan

____________


Jika dicurigai suatu abortus tidak aman terjadi, periksalah adanya tanda-tanda infeksi atau adanya perlukaan uterus, vagina dan usus, lakukan irigasi vagina untuk mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, obat-obat lokal atau bahan lainnya.


Penanganan abortus imminens :

1. Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total.

2. Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.

3. Jika perdarahan :

- Berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian jika

perdarahan terjadi lagi.

- Terus berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG). Lakukan

konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain. Perdarahan berlanjut,

khususnya jika ditemukan uterus yang lebih besar dari yang diharapkan,

mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola.

4. Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin) atau tokolitik (misalnya

salbutamol atau indometasin) karena obat-obat ini tidak dapat mencegah

abortus.


Penanganan abortus insipiens :

1. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi

vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :

- Berikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila

perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila

perlu).

- Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.

2. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :

- Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.

- Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena

(garam fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per

menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.

3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.


Penanganan abortus inkomplit :

1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu,

evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk

mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan

berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per

oral.

2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16

minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :

- Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi

dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual

tidak tersedia.

- Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg

intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg

per oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).

3. Jika kehamilan lebih 16 minggu :

- Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik

atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi

ekspulsi hasil konsepsi.

- Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai

terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).

- Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

4. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.


Penanganan abortus komplit :

1. Tidak perlu evaluasi lagi.

2. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.

3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

4. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari

selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.

5. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.


Pemantauan Pasca Abortus

__________________________


Insidens abortus spontan kurang lebih 15% (1 dari 7 kehamilan) dari seluruh kehamilan.


Syarat-syarat memulai metode kontrasepsi dalam waktu 7 hari pada kehamilan yang tidak diinginkan :

1. Tidak terdapat komplikasi berat yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.

2. Ibu menerima konseling dan bantuan secukupnya dalam memilih metode

kontrasepsi yang paling sesuai.


Metode kontrasepsi pasca abortus :

1. Kondom

- Waktu aplikasinya segera.

- Efektivitasnya tergantung dari tingkat kedisiplinan klien.

- Dapat mencegah penyakit menular seksual.

2. Pil kontrasepsi

- Waktu aplikasinya segera.

- Cukup efektif tetapi perlu ketaatan klien untuk minum pil secara teratur.

3. Suntikan

- Waktu aplikasinya segera.

- Konseling untuk pilihan hormon tunggal atau kombinasi.

4. Implan

- Waktu aplikasinya segera.

- Jika pasangan tersebut mempunyai 1 anak atau lebih dan ingin kontrasepsi

jangka panjang.

5. Alat kontrasepsi dalam rahim

- Waktu aplikasinya segera dan setelah kondisi pasien pulih kembali.

- Tunda insersi jika hemoglobin kurang 7 gr/dl (anemia) atau jika dicurigai

adanya infeksi.

6. Tubektomi

- Waktu aplikasinya segera.

- Untuk pasangan yang ingin menghentikan fertilitas.

- Jika dicurigai adanya infeksi, tunda prosedur sampai keadaan jelas. Jika

hemoglobin kurang 7 gram/dl, tunda sampai anemia telah diperbaiki.

- Sediakan metode alternatif (seperti kondom).


Beberapa wanita mungkin membutuhkan :

1. Jika klien pernah diimunisasi, berikan booster tetanus toksoid 0,5 ml atau jika

dinding vagina atau kanalis servikalis tampak luka terkontaminasi.

2. Jika riwayat imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus 1500 unit

intramuskuler diikuti dengan tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu.

3. Penatalaksanaan untuk penyakit menular seksual.

4. Penapisan kanker serviks.


Kehamilan Ektopik Terganggu

___________________________


Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus. Tuba Fallopii merupakan tempat tersering terjadinya implantasi kehamilan ektopik (lebih 90%).


Tanda dan gejala kehamilan ektopik sangatlah bervariasi tergantung dari pecah tidaknya kehamilan tersebut. Alat penting yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kehamilan ektopik yang pecah adalah tes kehamilan dari serum yang dikombinasi dengan pemeriksaan USG. Jika diperoleh haril darah yang tidak membeku segera mulai penanganan.


Tanda dan gejala kehamilan ektopik :

1. Gejala kehamilan awal berupa flek atau perdarahan ireguler, mual, pembesaran

payudara, perubahan warna pada vagina & serviks, perlunakan serviks,

pembesaran uterus, frekuensi buang air kecil meningkat.

2. Nyeri pada abdomen dan pelvis.


Tanda dan gejala kehamilan ektopik terganggu :

1. Kolaps dan kelelahan.

2. Denyut nadi cepat dan lemah (110 kali per menit atau lebih).

3. Hipotensi.

4. Hipovolemia.

5. Abdomen akut dan nyeri pelvis.

6. Distensi abdomen. Distensi abdomen dengan shifting dullness merupakan

petunjuk adanya darah bebas.

7. Nyeri lepas.

8. Pucat.


Diagnosis banding kehamilan ektopik yang tersering adalah abortus imminens. Diagnosa banding lainnya adalah penyakit radang panggul akut & kronik, kista ovarium (terpuntir atau ruptur) dan appendisitis akut. USG dapat membedakan antara kehamilan ektopik, abortus imminens dan kista ovarium terpuntir.


Penanganan awal kehamilan ektopik :

1. Segera lakukan uji silang darah dan laparatomi. Jangan menunggu darah

sebelum melakukan pembedahan.

2. Jika tidak ada fasilitas, segera rujuk ke fasilitas lebih lengkap dan lakukan

penilaian awal.

3. Pada laparatomi, eksplorasi kedua ovarium dan tuba Fallopii :

- Kerusakan tuba yang berat : lakukan salpingektomi (hasil konsepsi dan tuba

keduanya dikeluarkan). Ini merupakan terapi pilihan pada sebagian besar

kasus.

- Kerusakan tuba yang kecil : lakukan salpingostomi (hasil konsepsi dikeluarkan

dan tuba dipertahankan). Ini dilakukan dengan mempertimbangkan

konservasi kesuburan karena resiko kehamilan ektopik berikutnya cukup tinggi.


Jika terjadi perdarahan banyak dapat dilakukan autotransfusi apabila darah intraabdominal masih segar dan tidak terinfeksi atau terkontaminasi (pada akhir kehamilan, darah dapat terkontaminasi dengan air ketuban dan lain-lain sehingga sebaiknya tidak digunakan untuk autotransfusi). Darah dapat dikumpulkan sebelum pembedahan atau setelah abdomen dibuka :

1. Sewaktu ibu berbaring di atas meja operasi sebelum operasi dan abdomen

tampak tegang akibat terkumpulnya darah, saat itu memungkinkan untuk

memasukkan jarum melalui dinding abdomen dan darah dikumpulkan diset

donor.

2. Cara lain, bukalah abdomen :

- Ambil darah ke dalam suatu tempat dan saringlah darah dengan menggunakan

kasa untuk memisahkan bekuan darah.

- Bersihkan bagian atas dari kantong darah dengan cairan antiseptik dan bukalah

dengan pisau steril.

- Tuangkan darah wanita tersebut ke dalam kantong dan masukkan kembali

melalui set penyaring dengan cara biasa.

- Jika tidak tersedia kantong donor dengan antikoagulan, tambahkan sodium

sitrat 10 ml untuk setiap 90 ml darah.


Penanganan selanjutnya :

1. Sebelum membolehkan ibu pulang, lakukan konseling dan nasehat mengenai

prognosis kesuburannya. Mengingat meningkatnya resiko kehamilan ektopik

selanjutnya, konseling metode kontrasepsi dan penyediaan metode kontrasepsi,

jika diinginkan, merupakan hal yang penting.

2. Perbaiki anemia dengan sulfas ferrous 600 mg/hr per oral selama 2 minggu.

3. Jadwalkan kunjungan berikutnya untuk pemantauan dalam waktu 4 minggu.


Mola Hidatidosa

_______________


Kehamilan mola merupakan proliferasi abnormal dari vili khorialis.


Penanganan awal kehamilan mola :

Jika diagnosa kehamilan mola telah ditegakkan, lakukan evaluasi uterus :

- Jika dibutuhkan dilatasi serviks, gunakan blok paraservikal.

- Pengosongan dengan aspirasi vakum manual lebih aman daripada kuretase

tajam. Resiko perforasi dengan menggunakan kuret tajam cukup tinggi.

- Jika sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan aspirasi vakum

manual minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga

pengosongan kavum uteri selesai. Isi uterus cukup banyak tetapi penting untuk

cepat dikosongkan.


Penanganan selanjutnya kehamilan mola :

- Pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin

anak) atau tubektomi apabila ingin menghentikan fertilitas.

- Lakukan pemantauan setiap 8 minggu selama minimal 1 tahun pasca evakuasi

dengan menggunakan tes kehamilan dengan urin karena adanya resiko

timbulnya penyakit trofoblas yang menetap atau khoriokarsinoma. Jika tes

kehamilan dengan urin tidak negatif setelah 8 minggu atau menjadi positif

kembali dalam 2 tahun pertama, rujuk ke pusat kesehatan tersier untuk

pemantauan dan penanganan lebih lanjut.


Update : 6 Maret 2006


Sumber :


Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Editor : Abdul Bari Saifuddin, Gulardi Hanifa Wiknjosastro, Biran Affandi, Djoko Waspodo. Ed. I, Cet. 5, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2003.



PRE EKLAMPSIA & EKLAMPSIA
Oleh : dr. Ong Tjandra & dr. John Rambulangi, Sp.OG.


A. Pre Eklampsia Ringan

_______________________


Pengertian (1,2,3)

__________


Pre eklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.


Patofisiologi (4)

_____________


Penyebab pre eklampsia ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai "maladaptation syndrome" akibat vasospasme general dengan segala akibatnya.


Gejala Klinis (4)

_____________


Gejala klinis pre eklampsia ringan meliputi :

1. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih; diastol 15 mmHg atau lebih

dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau

sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg; diastol 90 mmHg sampai kurang

110 mmHg.

2. Proteinuria : secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara

kualitatif positif 2 (+2).

3. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan.


Pemeriksaan dan Diagnosis (4)

_________________________


1. Kehamilan lebih 20 minggu.

2. Kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pemeriksaan 2 kali

selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk pemeriksaan pertama dilakukan 2

kali setelah istirahat 10 menit).

3. Edema tekan pada tungkai (pretibial), dinding perut, lumbosakral, wajah atau

tungkai.

4. Proteinuria lebih 0,3 gram/liter/24 jam, kualitatif (++).


Penatalaksanaan (2)

_______________


Penatalaksanaan rawat jalan pasien pre eklampsia ringan :

- Banyak istirahat (berbaring tidur / miring).

- Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.

- Sedativa ringan : tablet phenobarbital 3 x 30 mg atau diazepam 3 x 2 mg per oral

selama 7 hari.

- Roborantia

- Kunjungan ulang setiap 1 minggu.

- Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hematokrit, trombosit, urine lengkap,

asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal.(1)


Penatalaksanaan rawat tinggal pasien pre eklampsia ringan berdasarkan kriteria :(1)

1. Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan

dari gejala-gejala pre eklampsia.

2. Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturut-turut

(2 minggu).

3. Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre eklampsia berat

- Bila setelah 1 minggu perawatan di atas tidak ada perbaikan maka pre

eklampsia ringan dianggap sebagai pre eklampsia berat.

- Bila dalam perawatan di rumah sakit sudah ada perbaikan sebelum 1 minggu

dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat selama 2 hari

lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan dengan perawatan rawat

jalan.


Perawatan obstetri pasien pre eklampsia ringan :

1. Kehamilan preterm (kurang 37 minggu)

a. Bila desakan darah mencapai normotensif selama perawatan, persalinan

ditunggu sampai aterm.

b. Bila desakan darah turun tetapi belum mencapai normotensif selama

perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37

minggu atau lebih.

2. Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih)

- Persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan

untuk melakukan persalinan pada taksiran tanggal persalinan.

3. Cara persalinan

- Persalinan dapat dilakukan secara spontan. Bila perlu memperpendek kala II.


B. Pre Eklampsia Berat

______________________


Pengertian (4)

__________


Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.


Penatalaksanaan (1)

_______________


Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre eklampsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi :

1. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah

pengobatan medisinal.

2. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah

pengobatan medisinal.


Perawatan Aktif

----------------


Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal assesment (NST & USG).(3,4,5)


1. Indikasi (salah satu atau lebih)

a. Ibu

- Usia kehamilan 37 minggu atau lebih

- Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi

konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan

desakan darah atau setelah 24 jam perawatan medisinal, ada gejala-gejala

status quo (tidak ada perbaikan).

b. Janin

- Hasil fetal assesment jelek (NST & USG)

- Adanya tanda IUGR

c. Laboratorium

- Adanya "HELLP syndrome" (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar,

trombositopenia).


Pengobatan Medisinal

____________________


Pengobatan medisinal pasien pre eklampsia berat yaitu :

1. Segera masuk rumah sakit

2. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit, refleks

patella setiap jam.(3)

3. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125

cc/jam) 500 cc.

4. Antasida

5. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.

6. Pemberian obat anti kejang : magnesium sulfat

7. Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah

jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg/im.

(4)

8. Antihipertensi diberikan bila :

a. Desakan darah sistolis lebih 180 mmHg, diastolis lebih 110 mmHg atau MAP

lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105

mmHg (bukan kurang 90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta.

(8,9)

b. Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.

c. Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan obat-

obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang

biasa dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan infus atau press disesuaikan

dengan tekanan darah.

d. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet

antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali.

Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama mulai

diberikan secara oral. (Syakib Bakri, 1997)

9. Kardiotonika

Indikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan digitalisasi

cepat dengan cedilanid D.

10. Lain-lain :

- Konsul bagian penyakit dalam / jantung, mata.

- Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rektal lebih 38,5 derajat celcius dapat

dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau xylomidon 2 cc

IM.

- Antibiotik diberikan atas indikasi.(4) Diberikan ampicillin 1 gr/6 jam/IV/hari.

- Anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi uterus. Dapat

diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya 2 jam

sebelum janin lahir.


Pemberian Magnesium Sulfat

---------------------------


Cara pemberian magnesium sulfat :

1. Dosis awal sekitar 4 gram MgSO4 IV (20 % dalam 20 cc) selama 1 gr/menit

kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti segera 4 gr

di bokong kiri dan 4 gram di bokong kanan (40 % dalam 10 cc) dengan jarum no

21 panjang 3,7 cm. Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan 1 cc xylocain 2%

yang tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM.(6)

2. Dosis ulangan : diberikan 4 gram intramuskuler 40% setelah 6 jam pemberian

dosis awal lalu dosis ulangan diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana pemberian

MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.(3)

3. Syarat-syarat pemberian MgSO4 :(4,7)

- Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10%, 1 gram (10% dalam 10

cc) diberikan intravenous dalam 3 menit.

- Refleks patella positif kuat

- Frekuensi pernapasan lebih 16 kali per menit.

- Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/kgBB/jam).

4. MgSO4 dihentikan bila :(7)

a. Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, hipotensi, refleks fisiologis

menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya

dapat menyebabkan kematian karena kelumpuhan otot-otot pernapasan

karena ada serum 10 U magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter.

Refleks fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15 mEq

terjadi kelumpuhan otot-otot pernapasan dan lebih 15 mEq/liter terjadi

kematian jantung.(3,7)

b. Bila timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfat :(7)

- Hentikan pemberian magnesium sulfat

- Berikan calcium gluconase 10% 1 gram (10% dalam 10 cc) secara IV dalam

waktu 3 menit.

- Berikan oksigen.

- Lakukan pernapasan buatan.

c. Magnesium sulfat dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan sudah

terjadi perbaikan (normotensif).


Pengobatan Obstetrik

_____________________


Cara Terminasi Kehamilan yang Belum Inpartu

--------------------------------------------

1. Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan syarat nilai Bishop 5 atau lebih dan

dengan fetal heart monitoring.(4)

2. Seksio sesaria bila :

- Fetal assesment jelek

- Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi (nilai Bishop kurang dari 5) atau adanya

kontraindikasi tetesan oksitosin.

- 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum masuk fase aktif. Pada

primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio sesaria.

(1,2)


Cara Terminasi Kehamilan yang Sudah Inpartu (1,2)

--------------------------------------------


Kala I

-------

1. Fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio sesaria.

2. Fase aktif :

- Amniotomi saja

- Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap maka

dilakukan seksio sesaria (bila perlu dilakukan tetesan oksitosin).


Kala II

--------


Pada persalinan per vaginam maka kala II diselesaikan dengan partus buatan. Amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 3 menit setelah pemberian pengobatan medisinal. Pada kehamilan 32 minggu atau kurang; bila keadaan memungkinkan, terminasi ditunda 2 kali 24 jam untuk memberikan kortikosteroid.


Perawatan Konservatif (1,2)

_____________________


1. Indikasi : Bila kehamilan preterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda

inpending eklampsia dengan keadaan janin baik.

2. Pengobatan medisinal : Sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan

aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan intravenous, cukup

intramuskuler saja dimana 4 gram pada bokong kiri dan 4 gram pada bokong

kanan.

3. Pengobatan obstetri :

a. Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti

perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.

b. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda pre eklampsia

ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.

c. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan medisinal

gagal dan harus diterminasi.

d. Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih dahulu

MgSO4 20% 2 gram intravenous.

4. Penderita dipulangkan bila :

a. Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda pre eklampsia ringan dan

telah dirawat selama 3 hari.

b. Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan pre eklampsia ringan :

penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai pre eklampsia ringan

(diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu).


C. Eklampsia

____________


Pengertian (1,2)

__________


Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan neurologik) dan/atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia.


Patofisiologi (4)

_____________


Sama dengan pre eklampsia dengan akibat yang lebih serius pada organ-organ hati, ginjal, otak, paru-paru dan jantung yakni terjadi nekrosis dan perdarahan pada organ-organ tersebut.


Gejala Klinis (4)

_____________


- Kehamilan lebih 20 minggu atau persalinan atau masa nifas

- Tanda-tanda pre eklampsia (hipertensi, edema dan proteinuria)

- Kejang-kejang dan/atau koma

- Kadang-kadang disertai gangguan fungsi organ.


Pemeriksaan dan diagnosis (4)

1. Berdasarkan gejala klinis di atas

2. Pemeriksaan laboratorium

- Adanya protein dalam urin

- Fungsi organ hepar, ginjal, dan jantung

- Fungsi hematologi / hemostasis.


Penatalaksanaan (1,2)

_______________


Tujuan pengobatan :

1. Untuk menghentikan dan mencegah kejang.

2. Mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya hipertensi krisis

3. Sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin

4. Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin.


Pengobatan Medisinal

____________________


Sama seperti pengobatan pre eklampsia berat kecuali bila timbul kejang-kejang lagi maka dapat diberikan MgSO4 2 gram intravenous selama 2 menit minimal 20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis tambahan 2 gram hanya diberikan 1 kali saja. Bila setelah diberi dosis tambahan masih tetap kejang maka diberikan amobarbital / thiopental 3-5 mg/kgBB/IV perlahan-lahan.


Perawatan bersama : konsul bagian saraf, penyakit dalam / jantung, mata, anestesi dan anak.


Perawatan pada serangan kejang : di kamar isolasi yang cukup terang / ICU


Pengobatan Obstetrik (1,2)

____________________


1. Sikap dasar : Semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri dengan tanpa

memandang umur kehamilan dan keadaan janin.

2. Bilamana diakhiri, sikap dasar : Kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi

(pemulihan) hemodinamik dan metabolisme ibu. Stabilisasi ibu dicapai dalam 4-

8 jam setelah salah satu atau lebih keadaan dibawah :

- Setelah pemberian obat anti kejang terakhir.

- Setelah kejang terakhir

- Setelah pemberian obat-obat antihipertensi terakhir

- Penderita mulai sadar (responsif dan orientasi)


Terminasi Kehamilan (4)

___________________


1. Apabila pada pemeriksaan, syarat-syarat untuk mengakhiri persalinan per

vaginam dipenuhi maka persalinan tindakan dengan trauma yang minimal.

2. Apabila penderita sudah inpartu pada fase aktif, langsung dilakukan amniotomi

lalu diikuti partograf. Bila ada kemacetan dilakukan seksio sesar.

3. Tindakan seksio sesar dilakukan pada keadaan :

- Penderita belum inpartu

- Fase laten

- Gawat janin

Tindakan seksio sesar dikerjakan dengan mempertimbangkan keadaan atau

kondisi ibu.


Daftar Pustaka

______________


1. Salgas Gestosis POGI. Panduan Pengelolaan Hipertensi dalam Kehamilan di

Indonesia. Ed. 1985.

2. POGI. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi Bag. 1. Cet. ke-2.

Jakarta : Gaya baru. 1994. 1-8.

3. Fields DH. Gestationally Induced Hypertention. In : Barber HRK, Fields DH,

Kaufman SA, eds. Quick Deference to Obgyn Procedure. Philadelphia : AB

Lippincoti Company. 1990 : 166-173.

4. Abadi A, Sukaputra B. Waspodo D, Djuarsa E, Gumilar E, Uktolsea F, dkk.

Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD Dr. Soetomo, 1994. Laboratorium / UPF

Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas

Airlangga, Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo Surabaya.

5. Handaya. Penanganan Pre Eklampsia Berat / Eklampsia. Dibacakan pada seminar

dan lokakarya Penanganan Pre Eklampsia dan Eklampsia Berat. Bagian Obstetri

dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta. Januari 1993.

6. Bhalla AK, Dhall 61, Dhall K. A Safer and More Effective Treatment Regimen for

Eclampsia. Aust NZ J Obstet Gynecol 1994 : 34; z : 144-148.

7. Sombolinggi A. Pengobatan Pre Eklampsia Berat / Eklampsia dengan Magnesium

Sulfat dan Diazepam pada Beberapa Rumah Sakit Bersalin di Ujung Pandang.

Skripsi Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin Ujung Pandang. 1992.

8. Bakri S. Hipertensi pada Wanita Hamil. Dibacakan pada Simposium Penanganan

Pre Eklampsia dan Eklampsia, Ujung Pandang, Desember 1996.

9. Gant NF, Cunningham FG. Basic Gynecology and Obstetrics. Connecticut Appleton

and Lange, 1993. 426-431.


Update : 22 Januari 2006


Sumber :


Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, dr. I.M.S. Murah Manoe, Sp.OG., dr. Syahrul Rauf, Sp.OG., dr. Hendrie Usmany, Sp.OG. (editors). Bagian / SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Rumah Sakit Umum Pusat, dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, 1999.



PRE EKLAMPSIA RINGAN


Pre eklampsia ringan adalah sindrom spesifik kehamilan dengan penurunan perfusi pada organ-organ akibat vasospasme dan aktivasi endothel.


Kriteria diagnostik pre eklampsia ringan :

1. Desakan darah 140/90 - 160/110 mmHg; kenaikan darah sistolik 30 mmHg atau

lebih dan kenaikan darah diastolik 15 mmHg atau lebih, tidak dimasukkan

dalam kriteria diagnostik pre eklampsia tetapi perlu observasi yang cermat.

2. Proteinuria 300 mg/24 jam atau lebih jumlah urin atau dipstick +1 atau lebih.

3. Edema : lokal pada tungkai tidak dimasukkan dalam kriteria diagnostik kecuali

anasarka.


Pengelolaan pre eklampsia ringan dapat secara :

1. Rawat jalan (ambulatoir)

2. Rawat inap (hospitalisasi)


Pengelolaan secara rawat jalan (ambulatoir) :

1. Tidak mutlak harus tirah baring, dianjurkan ambulasi sesuai keinginannya. Di

Indonesia tirah baring masih diperlukan.

2. Diet reguler : tidak perlu diet khusus.

3. Vitamin pre natal.

4. Tidak perlu restriksi konsumsi garam.

5. Tidak perlu pemberian diuretik, antihipertensi dan sedativum.

6. Kunjungan ke rumah sakit setiap minggu.


Pengelolaan secara rawat inap (hospitalisasi) :

1. Indikasi pre eklampsia ringan yang dirawat inap (hospitalisasi)

a. Hipertensi yang menetap selama lebih 2 minggu.

b. Proteinuria yang menetap selama lebih 2 minggu.

c. Hasil tes laboratorium yang abnormal.

d. Adanya gejala atau tanda 1 atau lebih pre eklampsia berat.

2. Pemeriksaan dan monitoring pada ibu

a. Pengukuran desakan darah setiap 4 jam kecuali ibu tidur.

b. Pengamatan yang cermat adanya edema pada muka dan abdomen.

c. Penimbangan berat badan pada saat ibu masuk rumah sakit dan

penimbangan dilakukan tiap hari.

d. Pengamatan dengan cermat gejala pre eklampsia dengan impending

eklampsia :

- Nyeri kepala frontal atau occipital.

- Gangguan visus

- Nyeri kuadran kanan atas perut

- Nyeri epigastrium

3. Pemeriksaan laboratorium

a. Proteinuria dipstick pada waktu masuk dan minimal diikuti 2 hari setelahnya.

b. Hematokrit dan trombosit 2 kali seminggu.

c. Tes fungsi hepar 2 kali seminggu.

d. Tes fungsi ginjal dengan pengukuran kreatinin serum, asam urat dan BUN.

e. Pengukuran produksi urin setiap 3 jam (tidak perlu dengan kateter tetap).

4. Pemeriksaan kesejahteraan janin

a. Pengamatan gerakan janin setiap hari

b. NST 2 kali seminggu

c. Profil biofisik janin, bila NST non reaktif.

d. Evaluasi pertumbuhan janin dengan USG setiap 3-4 minggu.

e. Ultrasound Doppler arteri umbilikalis, arteri uterina.


Terapi medikamentosa :

1. Pada dasarnya sama dengan terapi ambulatoar.

2. Bila terdapat perbaikan gejala dan tanda-tanda pre eklampsia dan umur

kehamilan 37 minggu atau lebih, ibu masih perlu diobservasi selama 2-3 hari

lalu boleh dipulangkan.


Pengelolaan obstetrik


Tergantung umur kehamilan :

a. Bila penderita tidak inpartu

- Umur kehamilan kurang 37 minggu

Bila tanda dan gejala tidak memburuk, kehamilan dapat dipertahankan sampai

aterm.

- Umur kehamilan 37 minggu atau lebih

1. Kehamilan dipertahankan sampai timbul onset partus.

2. Bila serviks matang pada taksiran tanggal persalinan dapat dipertimbangkan

dilakukan induksi persalinan.

b. Bila penderita sudah inpartu

Perjalanan persalinan dapat diikuti dengan grafik Friedman atau partograf WHO.


Selama dirawat di rumah sakit dilakukan konsultasi pada :

1. Bagian penyakit mata

2. Bagian penyakit jantung

3. Bagian lain atas indikasi.


Update : 23 Februari 2006


Sumber :


Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam Kehamilan di Indonesia. Kelompok Kerja Penyusunan Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI. Ed. ke-2. 2005.



SINDROMA HELLP


Sindroma HELLP adalah pre eklampsia dan eklampsia yang disertai dengan adanya hemolisis, peningkatan enzim hepar, disfungsi hepar dan trombositopenia. (H = Hemolisis; EL = Elevated Liver Enzim; LP = Low Platelets Count)


Diagnosis sindroma HELLP :

1. Tanda dan gejala yang tidak khas : mual, muntah, nyeri kepala, malaise,

kelemahan. (Semuanya mirip tanda dan gejala infeksi virus).

2. Tanda dan gejala pre eklampsia : hipertensi, proteinuria, nyeri epigastrium,

edema, dan kenaikan asam urat.

3. Tanda-tanda hemolisis intravaskuler :

a. Kenaikan LDH, AST dan bilirubin indirek.

b. Penurunan haptoglobin.

c. Apusan darah tepi : fragmentasi eritrosit.

d. Peningkatan urobilinogen dalam urine.

4. Tanda kerusakan / disfungsi sel hepatosit : Kenaikan ALT, AST, LDH.

5. Trombositopenia : Trombosit 150.000/ml atau kurang.


Semua wanita hamil dengan keluhan nyeri pada kuadran atas abdomen tanpa memandang ada tidaknya tanda dan gejala pre eklampsia harus dipertimbangkan sindroma HELLP.


Klasifikasi sindroma HELLP :

1. Klasifikasi Missisippi

Kelas I : Trombosit 50.000/ml atau kurang; serum LDH 600.000 IU/l atau lebih;

AST dan/atau ALT 40 IU/l atau lebih.

Kelas II : Trombosit lebih 50.000 sampai 100.000/ml; serum LDH 600.000 IU/l

atau lebih; AST dan/atau ALT 40 IU/l atau lebih.

Kelas III : Trombosit lebih 100.000 sampai 150.000/ml; serum LDH 600.000 IU/l

atau lebih; AST dan/atau ALT 40 IU/l atau lebih.

2. Klasifikasi Tennesse

Kelas lengkap : Trombosit kurang 100.000/ml; LDH 600.000 IU/l atau lebih;

AST 70 IU/l atau lebih.

Kelas tidak lengkap : Bila ditemukan 1 atau 2 dari tanda-tanda diatas.


Diagnosa banding pre eklampsia-sindroma HELLP :

1. Trombotik angiopati

2. Kelainan konsumtif fibrinogen, misalnya :

- Acute fatty liver of pregnancy.

- Hipovolemia berat / perdarahan berat.

- Sepsis.

3. Kelainan jaringan ikat : SLE.

4. Penyakit ginjal primer.


Terapi Medikamentosa :

1. Mengikuti terapi medikamentosa : pre eklampsia dan eklampsia.

2. Pemeriksaan laboratorium untuk trombosit dan LDH setiap 12 jam.

3. Bila trombosit kurang 50.000/ml atau adanya tanda koagulopati konsumtif maka

harus diperiksa :

- Waktu protombin

- Waktu tromboplastin parsial

- Fibrinogen.

4. Pemberian dexamethasone rescue :

a. Antepartum : diberikan double strength dexamethasone (double dose). Jika

didapatkan :

- Trombosit kurang 100.000/cc atau

- Trombosit 100.000-150.000/cc dan dengan eklampsia, hipertensi berat, nyeri

epigastrium, gejala fulminant maka diberikan dexamethasone 10 mg IV

setiap 12 jam.

b. Postpartum : Dexamehasone diberikan 10 mg intravena setiap 12 jam 2 kali

lalu diikuti 5 mg intravena setiap 12 jam 2 kali.

c. Terapi dexamethasone dihentikan bila terjadi :

1. Perbaikan laboratorium : Trombosit lebih 100.000/ml dan penurunan LDH.

2. Perbaikan tanda dan gejala klinik pre eklampsia - eklampsia.

5. Dapat dipertimbangkan pemberian :

a. Transfusi trombosit bila trombosit kurang 50.000/cc.

b. Antioksidan.


Sikap : Pengelolaan obstetrik


Sikap terhadap kehamilan pada sindroma HELLP ialah aktif yaitu kehamilan diakhiri (terminasi) tanpa memandang umur kehamilan. Persalinan dapat dilakukan pervaginam atau perabdomen.


Update : 22 Februari 2006


Sumber :


Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam Kehamilan di Indonesia. Kelompok Kerja Penyusunan Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI. Ed. ke-2. 2005.

Powered By Blogger