Kamis, 06 November 2008

Kelainan pada kehamilan

(KELAINAN PADA KEHAMILAN)

DISTOSIA BAHU

Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan.


Penanganan umum distosia bahu :

- Pada setiap persalinan, bersiaplah untuk menghadapi distosia bahu, khususnya

pada persalinan dengan bayi besar.

- Siapkan beberapa orang untuk membantu.


"Distosia bahu tidak dapat diprediksi"


Diagnosis distosia bahu :

- Kepala janin dapat dilahirkan tetapi tetap berada dekat vulva.

- Dagu tertarik dan menekan perineum.

- Tarikan pada kepala gagal melahirkan bahu yang terperangkap di belakang

simfisis pubis.


Penanganan distosia bahu :

1. Membuat episiotomi yang cukup luas untuk mengurangi obstruksi jaringan lunak

dan memberi ruangan yang cukup untuk tindakan.

2. Meminta ibu untuk menekuk kedua tungkainya dan mendekatkan lututnya

sejauh mungkin ke arah dadanya dalam posisi ibu berbaring terlentang. Meminta

bantuan 2 asisten untuk menekan fleksi kedua lutut ibu ke arah dada.

3. Dengan memakai sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi :

- Melakukan tarikan yang kuat dan terus-menerus ke arah bawah pada kepala

janin untuk menggerakkan bahu depan dibawah simfisis pubis.

Catatan : hindari tarikan yang berlebihan pada kepala yang dapat

mengakibatkan trauma pada fleksus brakhialis.

- Meminta seorang asisten untuk melakukan tekanan secara simultan ke arah

bawah pada daerah suprapubis untuk membantu persalinan bahu.

Catatan : jangan menekan fundus karena dapat mempengaruhi bahu lebih

lanjut dan dapat mengakibatkan ruptur uteri.

4. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan :

- Pakailah sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi, masukkan tangan

ke dalam vagina.

- Lakukan penekanan pada bahu yang terletak di depan dengan arah sternum

bayi untuk memutar bahu dan mengecilkan diameter bahu.

- Jika diperlukan, lakukan penekanan pada bahu belakang sesuai dengan arah

sternum.

5. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan :

- Masukkan tangan ke dalam vagina.

- Raih humerus dari lengan belakang dan dengan menjaga lengan tetap fleksi

pada siku, gerakkan lengan ke arah dada. Ini akan memberikan ruangan

untuk bahu depan agar dapat bergerak dibawah simfisis pubis.

6. Jika semua tindakan di atas tetap tidak dapat melahirkan bahu, pilihan lain :

- Patahkan klavikula untuk mengurangi lebar bahu dan bebaskan bahu depan.

- Lakukan tarikan dengan mengait ketiak untuk mengeluarkan lengan belakang.


Update : 6 Maret 2006


Sumber :


Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Editor : Abdul Bari Saifuddin, Gulardi Hanifa Wiknjosastro, Biran Affandi, Djoko Waspodo. Ed. I, Cet. 5, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2003.



HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Oleh : dr. H.B. Hafied & dr. H.M.M. Palisuri, Sp.OG.


Pengertian

__________


Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit seperti appendisitis, pielititis, dan sebagainya.(1)


Etiologi

________


Tidak jelas.(2)


Klasifikasi(2,3,4)

___________


Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu :


1. Tingkat I

Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman,

berat-badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan,

lendir dan sedikit empedu kemudian hanya lendir, cairan empedu dan terakhir

keluar darah. Nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan darah

sistole menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin

masih normal.

2. Tingkat II

Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat,

subfebril, nadi cepat dan lebih 100-140 kali per menit, tekanan darah sistole

kurang 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus ada, aseton

ada, bilirubin ada dan berat-badan cepat menurun.

3. Tingkat III

Gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, ikterus,

sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin ada, dan proteinuria.


Diagnosis(2,4)

_________


1. Amenore yang disertai muntah hebat (segala yang dimakan dan diminum akan

dimuntahkan), pekerjaan sehari-hari terganggu, dan haus hebat.

2. Fungsi vital : nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun pada

keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma).

3. Fisis : dehidrasi, keadaan berat, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan

menurun, porsio lunak pada vaginal touche, uterus besar sesuai besarnya

kehamilan.

4. Laboratorium : kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, shift to the left,

benda keton dan proteinuria.


Penatalaksanaan(2,3)

________________


1. Rawat di rumah sakit, batasi pengunjung.

2. Stop per oral 24-48 jam.

3. Infus glukosa 10% atau 5% : RL = 2 : 1, 40 tetes per menit.

4. Obat

- Vitamin B1, B2 dan B6 masing-masing 50-100 mg/hr/infus.

- Vitamin B12 200 mcg/hr/infus, vit. C 200/hr/infus.

- Phenobarbital 30 mg IM 2-3 kali per hari atau chlorpromazine 25-50 mg/hr IM

atau diazepam 5 mg 2-3 kali per hari IM.

- Antiemetik : prometazine (avopreg) 2-3 kali 25 mg per hari per oral atau

prochlorperazine (stimetil) 3 kali 3 mg per hari per oral atau mediamer B6 3

kali 1 per hari per oral.

- Antasida : acidrine 3 x 1 tab per hari per oral atau mylanta 3 x 1 tab per hari

per oral atau magnam 3 x 1 tab per hari per oral.

5. Diet

a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya

berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama

makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam zat-zat gizi

kecuali vitamin C karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.

b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara

berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman

tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat-zat

gizi kecuali vitamin A dan D.

c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.

Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan.

Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium.


Daftar Pustaka

______________


1. Fairwether. Nausea and Vomity in Pregnancy, Am J Obst. & gynec. 1968. vol. 102;

135-171.

2. Mannor SM. Hyperemesis Gravidarum. In : Iffty L, Kaminetzky HA eds. Principles

and Practise of Obstetric and Perinatology. Vol. 12. Toronto : A Wiley Medical

Publication. 1981. 1155-1164.

3. Greenhill. Obstetrics 12 th. ed. Philadelphia : WB. Saunders Company. 1961. 375-

377.

4. Belscher NA, Macky. Obstetric and the Newborn and Illustrated Textbook 2nd. ed.

Sydney : WB. Saunders Company 1986. 305.


Update : 15 Februari 2006


Sumber :


Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, dr. I.M.S. Murah Manoe, Sp.OG., dr. Syahrul Rauf, Sp.OG., dr. Hendrie Usmany, Sp.OG. (editors). Bagian / SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Rumah Sakit Umum Pusat, dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, 1999.



MOLA HIDATIDOSA
Oleh : dr. Efendi Lukas, dr. H.A. Arifuddin Djuanna, Sp.OG.


Pengertian

__________


Mola hidatidosa adalah penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan degenerasi kistik villi dan perubahan hidropik. (1,2)


Patofisiologi

____________


Teori terjadinya penyakit trofoblas ada 2, yaitu teori missed abortion dan teori neoplasma dari Park.


Teori missed abortion menyatakan bahwa mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu (missed abortion) karena itu terjadi gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.


Teori neoplasma dari Park menyatakan bahwa yang abnormal adalah sel-sel trofoblas dan juga fungsinya dimana terjadi resorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga timbul gelembung. Hal ini menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah.


Gejala Klinik (1,2,3)

____________


Gejala klinik pasien mola hidatidosa :

- Adanya tanda-tanda kehamilan disertai perdarahan. Perdarahan ini bisa

intermitten, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok

atau kematian. Karena perdarahan ini maka umumnya penderita mola hidatidosa

masuk rumah sakit dalam keadaan anemia.

- Hiperemesis gravidarum.

- Tanda-tanda pre eklampsia pada trimester I.

- Tanda-tanda tirotoksikosis.

- Kista lutein unilateral / bilateral.

- Umumnya uterus lebih besar dari usia kehamilan.

- Tidak dirasakan adanya tanda-tanda gerakan janin, balotemen negatif kecuali

pada mola parsial.


Pemeriksaan Penunjang (1,2,3)

_______________________


Pemeriksaan penunjang mola hidatidosa :

- Foto toraks

- HCG urin atau serum

- USG

- Uji sonde menurut Hanifa. Tandanya yaitu sonde yang dimasukkan tanpa tahanan

dan dapat diputar 360 derajat dengan deviasi sonde kurang dari 10 derajat.

- T3 & T4 bila ada gejala tirotoksikosis.


Penanganan

____________


Terapi mola hidatidosa ada 3 tahapan yaitu :

1. Perbaikan keadaan umum (4,5)

2. Pengeluaran jaringan mola dengan cara kuretase dan histerektomi

3. Pemeriksaan tindak lanjut (1,3)


Perbaikan Keadaan Umum (4,5)

------------------------------


Perbaikan keadaan umum pada pasien mola hidatidosa, yaitu :

- Koreksi dehidrasi

- Transfusi darah bila ada anemia (Hb 8 gr% atau kurang)

- Bila ada gejala pre eklampsia dan hiperemesis gravidarum, diobati sesuai dengan

protokol penanganan di bagian obstetri & ginekologi fakultas kedokteran UNHAS

- Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis, dikonsul ke bagian penyakit dalam.


Kuretase (3,5)

----------


Kuretase pada pasien mola hidatidosa : (3,5)

- Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai (pemeriksaan darah rutin, kadar

beta HCG dan foto toraks) kecuali bila jaringan mola sudah keluar spontan.

- Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan pemasangan laminaria dan

kuretase dilakukan 24 jam kemudian.

- Sebelum melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc dan pasang infus dengan

tetesan oksitosin 10 IU dalam 500 cc dektrose 5%.

- Kuretase dilakukan 2 kali dengan interval minimal 1 minggu.

- Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke laboratorium PA.


Histerektomi (1,2,6)

---------------


Syarat melakukan histerektomi adalah :

- umur ibu 35 tahun atau lebih.

- Sudah memiliki anak hidup 3 orang atau lebih.


Pemeriksaan Tindak Lanjut (1,3)

-------------------------------


Pemeriksaan tindak lanjut pada pasien mola hidatidosa meliputi :

- Lama pengawasan 1-2 tahun.

- Selama pengawasan, pasien dianjurkan untuk memakai kontrasepsi kondom, pil

kombinasi atau diafragma. Pemeriksaan fisik dilakukan setiap kali pasien datang

untuk kontrol.

- Pemeriksaan kadar beta HCG dilakukan setiap minggu sampai ditemukan

kadarnya yang normal 3 kali berturut-turut.

- Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai ditemukan kadarnya

yang normal 6 kali berturut-turut.

- Bila telah terjadi remisi spontan (kadar beta HCG, pemeriksaan fisik, dan foto

toraks semuanya normal) setelah 1 tahun maka pasien tersebut dapat berhenti

menggunakan kontrasepsi dan dapat hamil kembali.

- Bila selama masa observasi, kadar beta HCG tetap atau meningkat dan pada

pemeriksaan foto toraks ditemukan adanya tanda-tanda metastasis maka pasien

harus dievaluasi dan dimulai pemberian kemoterapi.


Komplikasi (1,2)

__________


Komplikasi mola hidatidosa meliputi :

- Perdarahan hebat

- Anemis

- Syok

- Infeksi

- Perforasi uterus

- Keganasan (PTG)


Perawatan

__________


Lama perawatan pasien mola hidatidosa sekitar 7 hari apabila tidak ada komplikasi berat.


Daftar Pustaka

______________


1. Martaadisoebrata. Penyakit serta Kelainan Plasenta dan Selaput Janin dalam

Wiknyosastro Saifuddin AB, Rachimhadhi T, eds. Ilmu Kebidanan. Ed. III.

Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 1991. 339-354.

2. Pengurus Besar POGI. Standar Pelayanan Medik Obstetri & Ginekologi. Bag. 1.

Jakarta : Balai Penerbit FKUI 1995. 41-45.

3. Disaia PJ, Creasman WT, Gestational Trophoblastic Neoplasia. in : Clinical

Gynecology Oncology 4th ed. Missouri : Mosby Year Book. 1993. 210-237.

4. Cunningham F, Mac. Donald PC, Gant NF. Disease and Abnormalities of the

Placenta and Fetal Membranes. in : William's Obstetrics 18th ed. Connecticut :

Appleton & Lange. 1989. 540-553.

5. Martaadisoebrata. Epidemiologi & Perkembangan Penanggulangan Penyakit

Trofoblas. Bandung : Kanwil Depkes Jawa Barat, Yayasan Kanker Indonesia.

1987. 11-40.

6. Budi A., Muin A., Lukas E., Djuanna A. Penatalaksanaan Penyakit Trofoblas

Kehamilan. Makassar : Bagian Obstetri & Ginekologi FKUH UP. 1995.


Update : 14 Januari 2006


Sumber :


Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, dr. I.M.S. Murah Manoe, Sp.OG., dr. Syahrul Rauf, Sp.OG., dr. Hendrie Usmany, Sp.OG. (editors). Bagian / SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Rumah Sakit Umum Pusat, dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, 1999.



PERDARAHAN PADA KEHAMILAN MUDA


Perdarahan pada kehamilan muda adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 22 minggu.


Penanganan umum perdarahan pada kehamilan muda :

- Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien, termasuk

tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, dan suhu).

- Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik

kurang 90 mmHg, nadi lebih 112 kali per menit).

- Jika dicurigai terjadi syok, segera mulai penanganan syok. Jika tidak terlihat tanda-

tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan

evaluasi mengenai kondisi wanita karena kondisinya dapat memburuk dengan

cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk memulai penanganan syok dengan

segera.

- Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik

terganggu.

- Pasang infus dengan jarum infus besar (16 G atau lebih), berikan larutan garam

fisiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat (500 cc dalam 2 jam pertama).


Diagnosis perdarahan pada kehamilan muda :

1. Pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik pada wanita dengan anemia, penyakit

radang panggul (pelvic inflammatory disease- PID), gejala abortus atau keluhan

nyeri yang tidak biasa.

Catatan : Jika dicurigai adanya kehamilan ektopik, lakukan pemeriksaan

bimanual secara hati-hati karena kehamilan ektopik awal bisa sampai mudah

pecah.

2. Pikirkan kemungkinan abortus pada wanita usia reproduktif yang mengalami

terlambat haid (lebih 1 bulan sejak haid terakhir) dan mempunyai 1 atau lebih

tanda berikut : perdarahan, kaku perut, pengeluaran sebagian produk konsepsi,

serviks yang berdilatasi atau uterus yang lebih kecil dari seharusnya.

3. Jika abortus merupakan kemungkinan diagnosis, kenali dan segera tangani

komplikasi yang ada.


1. Diagnosis abortus imminens :

- Bercak perdarahan hingga perdarahan sedang. Perdarahan ringan

membutuhkan waktu lebih 5 menit untuk membasahi pembalut atau kain

bersih.

- Serviks tertutup.

- Uterus sesuai dengan usia kehamilan.

- Gejala / tanda : kram perut bawah dan uterus lunak.

2. Diagnosis kehamilan ektopik terganggu :

- Bercak perdarahan hingga perdarahan sedang.

- Serviks tertutup.

- Uterus sedikit membesar dari usia kehamilan normal

- Gejala / tanda : limbung atau pingsan, nyeri perut bawah, nyeri goyang porsio,

massa adneksa, dan cairan bebas intra abdomen.

3. Diagnosis abortus komplit :

- Bercak perdarahan hingga perdarahan sedang.

- Serviks tertutup atau terbuka.

- Uterus lebih kecil dari usia kehamilan normal

- Gejala / tanda : sedikit atau tanpa nyeri perut bawah, dan riwayat ekspulsi hasil

konsepsi.

4. Diagnosis abortus insipiens :

- Perdarahan sedang hingga masif (banyak). Perdarahan berat membutuhkan

waktu kurang 5 menit untuk membasahi pembalut atau kain bersih.

- Serviks terbuka.

- Uterus sesuai usia kehamilan.

- Gejala / tanda : kram / nyeri perut bawah, dan belum terjadi ekspulsi hasil

konsepsi.

5. Diagnosis abortus inkomplit :

- Perdarahan sedang hingga masif (banyak).

- Serviks terbuka.

- Uterus sesuai usia kehamilan.

- Gejala / tanda : kram / nyeri perut bawah, dan ekspulsi sebagian hasil konsepsi.

6. Diagnosis abortus mola :

- Perdarahan sedang hingga masif (banyak).

- Serviks terbuka.

- Uterus lunak dan lebih besar dari usia kehamilan

- Gejala / tanda : mual / muntah, kram perut bawah, sindrom mirip pre

eklampsia, tidak ada janin, dan keluar jaringan seperti anggur.


Tanda dan gejala abortus antara lain nyeri abdomen bawah, nyeri lepas, uterus terasa lemas, perdarahan berlanjut, lemah, lesu, demam, sekret vagina berbau, sekret & pus dari serviks, dan nyeri goyang serviks. Komplikasinya adalah infeksi / sepsis. Penanganannya adalah mulai memberikan antibiotik sesegera mungkin sebelum melakukan aspirasi vakum manual. Antibiotiknya berupa ampisilin 2 gr IV tiap 6 jam ditambah gentamisin 5 mg/kgbb IV tiap 24 jam ditambah metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam sampai ibu bebas demam 48 jam.


Tanda dan gejala lainnya adalah nyeri / kaku pada abdomen, nyeri lepas, distensi abdomen, abdomen terasa tegang & keras, nyeri bahu, mual-muntah, dan demam. Komplikasinya adalah perlukaan uterus, vagina atau usus. Penanganannya yaitu lakukan laparotomi untuk memperbaiki perlukaan dan lakukan aspirasi vakum manual secara berurutan. Mintalah bantuan lebih lanjut jika dibutuhkan.


Jenis-Jenis Abortus

___________________


Jenis-jenis abortus :

1. Abortus spontan

2. Abortus yang disengaja

3. Abortus tidak aman

4. Abortus septik


Abortus spontan adalah penghentian kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas (usia kehamilan 22 minggu). Tahapan abortus spontan meliputi :

1. Abortus imminens (kehamilan dapat berlanjut).

2. Abortus insipiens (kehamilan tidak akan berlanjut dan akan berkembang menjadi

abortus inkomplit atau abortus komplit).

3. Abortus inkomplit (sebagian hasil konsepsi telah dikeluarkan).

4. Abortus komplit (seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan).


Abortus yang disengaja adalah suatu proses dihentikannya kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas.


Abortus tidak aman adalah suatu prosedur yang dilakukan oleh orang yang tidak berpengalaman atau dalam lingkungan yang tidak memenuhi standar medis minimal atau keduanya.


Abortus septik adalah abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi-sepsis dapat berasal dari infeksi jika organisme penyebab naik dari saluran kemih bawah setelah abortus spontan atau abortus tidak aman. Sepsis cenderung akan terjadi jika terdapat sisa hasil konsepsi atau terjadi penundaan dalam pengeluaran hasil konsepsi. Sepsis merupakan komplikasi yang sering terjadi pada abortus tidak aman dengan menggunakan peralatan.


Penanganan

____________


Jika dicurigai suatu abortus tidak aman terjadi, periksalah adanya tanda-tanda infeksi atau adanya perlukaan uterus, vagina dan usus, lakukan irigasi vagina untuk mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, obat-obat lokal atau bahan lainnya.


Penanganan abortus imminens :

1. Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total.

2. Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.

3. Jika perdarahan :

- Berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian jika

perdarahan terjadi lagi.

- Terus berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG). Lakukan

konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain. Perdarahan berlanjut,

khususnya jika ditemukan uterus yang lebih besar dari yang diharapkan,

mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola.

4. Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin) atau tokolitik (misalnya

salbutamol atau indometasin) karena obat-obat ini tidak dapat mencegah

abortus.


Penanganan abortus insipiens :

1. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi

vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :

- Berikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila

perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila

perlu).

- Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.

2. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :

- Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.

- Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena

(garam fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per

menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.

3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.


Penanganan abortus inkomplit :

1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu,

evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk

mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan

berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per

oral.

2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16

minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :

- Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi

dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual

tidak tersedia.

- Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg

intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg

per oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).

3. Jika kehamilan lebih 16 minggu :

- Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik

atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi

ekspulsi hasil konsepsi.

- Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai

terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).

- Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

4. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.


Penanganan abortus komplit :

1. Tidak perlu evaluasi lagi.

2. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.

3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

4. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari

selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.

5. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.


Pemantauan Pasca Abortus

__________________________


Insidens abortus spontan kurang lebih 15% (1 dari 7 kehamilan) dari seluruh kehamilan.


Syarat-syarat memulai metode kontrasepsi dalam waktu 7 hari pada kehamilan yang tidak diinginkan :

1. Tidak terdapat komplikasi berat yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.

2. Ibu menerima konseling dan bantuan secukupnya dalam memilih metode

kontrasepsi yang paling sesuai.


Metode kontrasepsi pasca abortus :

1. Kondom

- Waktu aplikasinya segera.

- Efektivitasnya tergantung dari tingkat kedisiplinan klien.

- Dapat mencegah penyakit menular seksual.

2. Pil kontrasepsi

- Waktu aplikasinya segera.

- Cukup efektif tetapi perlu ketaatan klien untuk minum pil secara teratur.

3. Suntikan

- Waktu aplikasinya segera.

- Konseling untuk pilihan hormon tunggal atau kombinasi.

4. Implan

- Waktu aplikasinya segera.

- Jika pasangan tersebut mempunyai 1 anak atau lebih dan ingin kontrasepsi

jangka panjang.

5. Alat kontrasepsi dalam rahim

- Waktu aplikasinya segera dan setelah kondisi pasien pulih kembali.

- Tunda insersi jika hemoglobin kurang 7 gr/dl (anemia) atau jika dicurigai

adanya infeksi.

6. Tubektomi

- Waktu aplikasinya segera.

- Untuk pasangan yang ingin menghentikan fertilitas.

- Jika dicurigai adanya infeksi, tunda prosedur sampai keadaan jelas. Jika

hemoglobin kurang 7 gram/dl, tunda sampai anemia telah diperbaiki.

- Sediakan metode alternatif (seperti kondom).


Beberapa wanita mungkin membutuhkan :

1. Jika klien pernah diimunisasi, berikan booster tetanus toksoid 0,5 ml atau jika

dinding vagina atau kanalis servikalis tampak luka terkontaminasi.

2. Jika riwayat imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus 1500 unit

intramuskuler diikuti dengan tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu.

3. Penatalaksanaan untuk penyakit menular seksual.

4. Penapisan kanker serviks.


Kehamilan Ektopik Terganggu

___________________________


Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus. Tuba Fallopii merupakan tempat tersering terjadinya implantasi kehamilan ektopik (lebih 90%).


Tanda dan gejala kehamilan ektopik sangatlah bervariasi tergantung dari pecah tidaknya kehamilan tersebut. Alat penting yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kehamilan ektopik yang pecah adalah tes kehamilan dari serum yang dikombinasi dengan pemeriksaan USG. Jika diperoleh haril darah yang tidak membeku segera mulai penanganan.


Tanda dan gejala kehamilan ektopik :

1. Gejala kehamilan awal berupa flek atau perdarahan ireguler, mual, pembesaran

payudara, perubahan warna pada vagina & serviks, perlunakan serviks,

pembesaran uterus, frekuensi buang air kecil meningkat.

2. Nyeri pada abdomen dan pelvis.


Tanda dan gejala kehamilan ektopik terganggu :

1. Kolaps dan kelelahan.

2. Denyut nadi cepat dan lemah (110 kali per menit atau lebih).

3. Hipotensi.

4. Hipovolemia.

5. Abdomen akut dan nyeri pelvis.

6. Distensi abdomen. Distensi abdomen dengan shifting dullness merupakan

petunjuk adanya darah bebas.

7. Nyeri lepas.

8. Pucat.


Diagnosis banding kehamilan ektopik yang tersering adalah abortus imminens. Diagnosa banding lainnya adalah penyakit radang panggul akut & kronik, kista ovarium (terpuntir atau ruptur) dan appendisitis akut. USG dapat membedakan antara kehamilan ektopik, abortus imminens dan kista ovarium terpuntir.


Penanganan awal kehamilan ektopik :

1. Segera lakukan uji silang darah dan laparatomi. Jangan menunggu darah

sebelum melakukan pembedahan.

2. Jika tidak ada fasilitas, segera rujuk ke fasilitas lebih lengkap dan lakukan

penilaian awal.

3. Pada laparatomi, eksplorasi kedua ovarium dan tuba Fallopii :

- Kerusakan tuba yang berat : lakukan salpingektomi (hasil konsepsi dan tuba

keduanya dikeluarkan). Ini merupakan terapi pilihan pada sebagian besar

kasus.

- Kerusakan tuba yang kecil : lakukan salpingostomi (hasil konsepsi dikeluarkan

dan tuba dipertahankan). Ini dilakukan dengan mempertimbangkan

konservasi kesuburan karena resiko kehamilan ektopik berikutnya cukup tinggi.


Jika terjadi perdarahan banyak dapat dilakukan autotransfusi apabila darah intraabdominal masih segar dan tidak terinfeksi atau terkontaminasi (pada akhir kehamilan, darah dapat terkontaminasi dengan air ketuban dan lain-lain sehingga sebaiknya tidak digunakan untuk autotransfusi). Darah dapat dikumpulkan sebelum pembedahan atau setelah abdomen dibuka :

1. Sewaktu ibu berbaring di atas meja operasi sebelum operasi dan abdomen

tampak tegang akibat terkumpulnya darah, saat itu memungkinkan untuk

memasukkan jarum melalui dinding abdomen dan darah dikumpulkan diset

donor.

2. Cara lain, bukalah abdomen :

- Ambil darah ke dalam suatu tempat dan saringlah darah dengan menggunakan

kasa untuk memisahkan bekuan darah.

- Bersihkan bagian atas dari kantong darah dengan cairan antiseptik dan bukalah

dengan pisau steril.

- Tuangkan darah wanita tersebut ke dalam kantong dan masukkan kembali

melalui set penyaring dengan cara biasa.

- Jika tidak tersedia kantong donor dengan antikoagulan, tambahkan sodium

sitrat 10 ml untuk setiap 90 ml darah.


Penanganan selanjutnya :

1. Sebelum membolehkan ibu pulang, lakukan konseling dan nasehat mengenai

prognosis kesuburannya. Mengingat meningkatnya resiko kehamilan ektopik

selanjutnya, konseling metode kontrasepsi dan penyediaan metode kontrasepsi,

jika diinginkan, merupakan hal yang penting.

2. Perbaiki anemia dengan sulfas ferrous 600 mg/hr per oral selama 2 minggu.

3. Jadwalkan kunjungan berikutnya untuk pemantauan dalam waktu 4 minggu.


Mola Hidatidosa

_______________


Kehamilan mola merupakan proliferasi abnormal dari vili khorialis.


Penanganan awal kehamilan mola :

Jika diagnosa kehamilan mola telah ditegakkan, lakukan evaluasi uterus :

- Jika dibutuhkan dilatasi serviks, gunakan blok paraservikal.

- Pengosongan dengan aspirasi vakum manual lebih aman daripada kuretase

tajam. Resiko perforasi dengan menggunakan kuret tajam cukup tinggi.

- Jika sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan aspirasi vakum

manual minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga

pengosongan kavum uteri selesai. Isi uterus cukup banyak tetapi penting untuk

cepat dikosongkan.


Penanganan selanjutnya kehamilan mola :

- Pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin

anak) atau tubektomi apabila ingin menghentikan fertilitas.

- Lakukan pemantauan setiap 8 minggu selama minimal 1 tahun pasca evakuasi

dengan menggunakan tes kehamilan dengan urin karena adanya resiko

timbulnya penyakit trofoblas yang menetap atau khoriokarsinoma. Jika tes

kehamilan dengan urin tidak negatif setelah 8 minggu atau menjadi positif

kembali dalam 2 tahun pertama, rujuk ke pusat kesehatan tersier untuk

pemantauan dan penanganan lebih lanjut.


Update : 6 Maret 2006


Sumber :


Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Editor : Abdul Bari Saifuddin, Gulardi Hanifa Wiknjosastro, Biran Affandi, Djoko Waspodo. Ed. I, Cet. 5, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2003.



PRE EKLAMPSIA & EKLAMPSIA
Oleh : dr. Ong Tjandra & dr. John Rambulangi, Sp.OG.


A. Pre Eklampsia Ringan

_______________________


Pengertian (1,2,3)

__________


Pre eklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.


Patofisiologi (4)

_____________


Penyebab pre eklampsia ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai "maladaptation syndrome" akibat vasospasme general dengan segala akibatnya.


Gejala Klinis (4)

_____________


Gejala klinis pre eklampsia ringan meliputi :

1. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih; diastol 15 mmHg atau lebih

dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau

sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg; diastol 90 mmHg sampai kurang

110 mmHg.

2. Proteinuria : secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara

kualitatif positif 2 (+2).

3. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan.


Pemeriksaan dan Diagnosis (4)

_________________________


1. Kehamilan lebih 20 minggu.

2. Kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pemeriksaan 2 kali

selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk pemeriksaan pertama dilakukan 2

kali setelah istirahat 10 menit).

3. Edema tekan pada tungkai (pretibial), dinding perut, lumbosakral, wajah atau

tungkai.

4. Proteinuria lebih 0,3 gram/liter/24 jam, kualitatif (++).


Penatalaksanaan (2)

_______________


Penatalaksanaan rawat jalan pasien pre eklampsia ringan :

- Banyak istirahat (berbaring tidur / miring).

- Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.

- Sedativa ringan : tablet phenobarbital 3 x 30 mg atau diazepam 3 x 2 mg per oral

selama 7 hari.

- Roborantia

- Kunjungan ulang setiap 1 minggu.

- Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hematokrit, trombosit, urine lengkap,

asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal.(1)


Penatalaksanaan rawat tinggal pasien pre eklampsia ringan berdasarkan kriteria :(1)

1. Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan

dari gejala-gejala pre eklampsia.

2. Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturut-turut

(2 minggu).

3. Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre eklampsia berat

- Bila setelah 1 minggu perawatan di atas tidak ada perbaikan maka pre

eklampsia ringan dianggap sebagai pre eklampsia berat.

- Bila dalam perawatan di rumah sakit sudah ada perbaikan sebelum 1 minggu

dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat selama 2 hari

lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan dengan perawatan rawat

jalan.


Perawatan obstetri pasien pre eklampsia ringan :

1. Kehamilan preterm (kurang 37 minggu)

a. Bila desakan darah mencapai normotensif selama perawatan, persalinan

ditunggu sampai aterm.

b. Bila desakan darah turun tetapi belum mencapai normotensif selama

perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37

minggu atau lebih.

2. Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih)

- Persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan

untuk melakukan persalinan pada taksiran tanggal persalinan.

3. Cara persalinan

- Persalinan dapat dilakukan secara spontan. Bila perlu memperpendek kala II.


B. Pre Eklampsia Berat

______________________


Pengertian (4)

__________


Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.


Penatalaksanaan (1)

_______________


Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre eklampsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi :

1. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah

pengobatan medisinal.

2. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah

pengobatan medisinal.


Perawatan Aktif

----------------


Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal assesment (NST & USG).(3,4,5)


1. Indikasi (salah satu atau lebih)

a. Ibu

- Usia kehamilan 37 minggu atau lebih

- Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi

konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan

desakan darah atau setelah 24 jam perawatan medisinal, ada gejala-gejala

status quo (tidak ada perbaikan).

b. Janin

- Hasil fetal assesment jelek (NST & USG)

- Adanya tanda IUGR

c. Laboratorium

- Adanya "HELLP syndrome" (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar,

trombositopenia).


Pengobatan Medisinal

____________________


Pengobatan medisinal pasien pre eklampsia berat yaitu :

1. Segera masuk rumah sakit

2. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit, refleks

patella setiap jam.(3)

3. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125

cc/jam) 500 cc.

4. Antasida

5. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.

6. Pemberian obat anti kejang : magnesium sulfat

7. Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah

jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg/im.

(4)

8. Antihipertensi diberikan bila :

a. Desakan darah sistolis lebih 180 mmHg, diastolis lebih 110 mmHg atau MAP

lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105

mmHg (bukan kurang 90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta.

(8,9)

b. Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.

c. Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan obat-

obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang

biasa dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan infus atau press disesuaikan

dengan tekanan darah.

d. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet

antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali.

Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama mulai

diberikan secara oral. (Syakib Bakri, 1997)

9. Kardiotonika

Indikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan digitalisasi

cepat dengan cedilanid D.

10. Lain-lain :

- Konsul bagian penyakit dalam / jantung, mata.

- Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rektal lebih 38,5 derajat celcius dapat

dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau xylomidon 2 cc

IM.

- Antibiotik diberikan atas indikasi.(4) Diberikan ampicillin 1 gr/6 jam/IV/hari.

- Anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi uterus. Dapat

diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya 2 jam

sebelum janin lahir.


Pemberian Magnesium Sulfat

---------------------------


Cara pemberian magnesium sulfat :

1. Dosis awal sekitar 4 gram MgSO4 IV (20 % dalam 20 cc) selama 1 gr/menit

kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti segera 4 gr

di bokong kiri dan 4 gram di bokong kanan (40 % dalam 10 cc) dengan jarum no

21 panjang 3,7 cm. Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan 1 cc xylocain 2%

yang tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM.(6)

2. Dosis ulangan : diberikan 4 gram intramuskuler 40% setelah 6 jam pemberian

dosis awal lalu dosis ulangan diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana pemberian

MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.(3)

3. Syarat-syarat pemberian MgSO4 :(4,7)

- Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10%, 1 gram (10% dalam 10

cc) diberikan intravenous dalam 3 menit.

- Refleks patella positif kuat

- Frekuensi pernapasan lebih 16 kali per menit.

- Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/kgBB/jam).

4. MgSO4 dihentikan bila :(7)

a. Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, hipotensi, refleks fisiologis

menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya

dapat menyebabkan kematian karena kelumpuhan otot-otot pernapasan

karena ada serum 10 U magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter.

Refleks fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15 mEq

terjadi kelumpuhan otot-otot pernapasan dan lebih 15 mEq/liter terjadi

kematian jantung.(3,7)

b. Bila timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfat :(7)

- Hentikan pemberian magnesium sulfat

- Berikan calcium gluconase 10% 1 gram (10% dalam 10 cc) secara IV dalam

waktu 3 menit.

- Berikan oksigen.

- Lakukan pernapasan buatan.

c. Magnesium sulfat dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan sudah

terjadi perbaikan (normotensif).


Pengobatan Obstetrik

_____________________


Cara Terminasi Kehamilan yang Belum Inpartu

--------------------------------------------

1. Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan syarat nilai Bishop 5 atau lebih dan

dengan fetal heart monitoring.(4)

2. Seksio sesaria bila :

- Fetal assesment jelek

- Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi (nilai Bishop kurang dari 5) atau adanya

kontraindikasi tetesan oksitosin.

- 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum masuk fase aktif. Pada

primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio sesaria.

(1,2)


Cara Terminasi Kehamilan yang Sudah Inpartu (1,2)

--------------------------------------------


Kala I

-------

1. Fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio sesaria.

2. Fase aktif :

- Amniotomi saja

- Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap maka

dilakukan seksio sesaria (bila perlu dilakukan tetesan oksitosin).


Kala II

--------


Pada persalinan per vaginam maka kala II diselesaikan dengan partus buatan. Amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 3 menit setelah pemberian pengobatan medisinal. Pada kehamilan 32 minggu atau kurang; bila keadaan memungkinkan, terminasi ditunda 2 kali 24 jam untuk memberikan kortikosteroid.


Perawatan Konservatif (1,2)

_____________________


1. Indikasi : Bila kehamilan preterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda

inpending eklampsia dengan keadaan janin baik.

2. Pengobatan medisinal : Sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan

aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan intravenous, cukup

intramuskuler saja dimana 4 gram pada bokong kiri dan 4 gram pada bokong

kanan.

3. Pengobatan obstetri :

a. Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti

perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.

b. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda pre eklampsia

ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.

c. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan medisinal

gagal dan harus diterminasi.

d. Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih dahulu

MgSO4 20% 2 gram intravenous.

4. Penderita dipulangkan bila :

a. Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda pre eklampsia ringan dan

telah dirawat selama 3 hari.

b. Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan pre eklampsia ringan :

penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai pre eklampsia ringan

(diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu).


C. Eklampsia

____________


Pengertian (1,2)

__________


Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan neurologik) dan/atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia.


Patofisiologi (4)

_____________


Sama dengan pre eklampsia dengan akibat yang lebih serius pada organ-organ hati, ginjal, otak, paru-paru dan jantung yakni terjadi nekrosis dan perdarahan pada organ-organ tersebut.


Gejala Klinis (4)

_____________


- Kehamilan lebih 20 minggu atau persalinan atau masa nifas

- Tanda-tanda pre eklampsia (hipertensi, edema dan proteinuria)

- Kejang-kejang dan/atau koma

- Kadang-kadang disertai gangguan fungsi organ.


Pemeriksaan dan diagnosis (4)

1. Berdasarkan gejala klinis di atas

2. Pemeriksaan laboratorium

- Adanya protein dalam urin

- Fungsi organ hepar, ginjal, dan jantung

- Fungsi hematologi / hemostasis.


Penatalaksanaan (1,2)

_______________


Tujuan pengobatan :

1. Untuk menghentikan dan mencegah kejang.

2. Mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya hipertensi krisis

3. Sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin

4. Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin.


Pengobatan Medisinal

____________________


Sama seperti pengobatan pre eklampsia berat kecuali bila timbul kejang-kejang lagi maka dapat diberikan MgSO4 2 gram intravenous selama 2 menit minimal 20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis tambahan 2 gram hanya diberikan 1 kali saja. Bila setelah diberi dosis tambahan masih tetap kejang maka diberikan amobarbital / thiopental 3-5 mg/kgBB/IV perlahan-lahan.


Perawatan bersama : konsul bagian saraf, penyakit dalam / jantung, mata, anestesi dan anak.


Perawatan pada serangan kejang : di kamar isolasi yang cukup terang / ICU


Pengobatan Obstetrik (1,2)

____________________


1. Sikap dasar : Semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri dengan tanpa

memandang umur kehamilan dan keadaan janin.

2. Bilamana diakhiri, sikap dasar : Kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi

(pemulihan) hemodinamik dan metabolisme ibu. Stabilisasi ibu dicapai dalam 4-

8 jam setelah salah satu atau lebih keadaan dibawah :

- Setelah pemberian obat anti kejang terakhir.

- Setelah kejang terakhir

- Setelah pemberian obat-obat antihipertensi terakhir

- Penderita mulai sadar (responsif dan orientasi)


Terminasi Kehamilan (4)

___________________


1. Apabila pada pemeriksaan, syarat-syarat untuk mengakhiri persalinan per

vaginam dipenuhi maka persalinan tindakan dengan trauma yang minimal.

2. Apabila penderita sudah inpartu pada fase aktif, langsung dilakukan amniotomi

lalu diikuti partograf. Bila ada kemacetan dilakukan seksio sesar.

3. Tindakan seksio sesar dilakukan pada keadaan :

- Penderita belum inpartu

- Fase laten

- Gawat janin

Tindakan seksio sesar dikerjakan dengan mempertimbangkan keadaan atau

kondisi ibu.


Daftar Pustaka

______________


1. Salgas Gestosis POGI. Panduan Pengelolaan Hipertensi dalam Kehamilan di

Indonesia. Ed. 1985.

2. POGI. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi Bag. 1. Cet. ke-2.

Jakarta : Gaya baru. 1994. 1-8.

3. Fields DH. Gestationally Induced Hypertention. In : Barber HRK, Fields DH,

Kaufman SA, eds. Quick Deference to Obgyn Procedure. Philadelphia : AB

Lippincoti Company. 1990 : 166-173.

4. Abadi A, Sukaputra B. Waspodo D, Djuarsa E, Gumilar E, Uktolsea F, dkk.

Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD Dr. Soetomo, 1994. Laboratorium / UPF

Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas

Airlangga, Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo Surabaya.

5. Handaya. Penanganan Pre Eklampsia Berat / Eklampsia. Dibacakan pada seminar

dan lokakarya Penanganan Pre Eklampsia dan Eklampsia Berat. Bagian Obstetri

dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta. Januari 1993.

6. Bhalla AK, Dhall 61, Dhall K. A Safer and More Effective Treatment Regimen for

Eclampsia. Aust NZ J Obstet Gynecol 1994 : 34; z : 144-148.

7. Sombolinggi A. Pengobatan Pre Eklampsia Berat / Eklampsia dengan Magnesium

Sulfat dan Diazepam pada Beberapa Rumah Sakit Bersalin di Ujung Pandang.

Skripsi Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin Ujung Pandang. 1992.

8. Bakri S. Hipertensi pada Wanita Hamil. Dibacakan pada Simposium Penanganan

Pre Eklampsia dan Eklampsia, Ujung Pandang, Desember 1996.

9. Gant NF, Cunningham FG. Basic Gynecology and Obstetrics. Connecticut Appleton

and Lange, 1993. 426-431.


Update : 22 Januari 2006


Sumber :


Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, dr. I.M.S. Murah Manoe, Sp.OG., dr. Syahrul Rauf, Sp.OG., dr. Hendrie Usmany, Sp.OG. (editors). Bagian / SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Rumah Sakit Umum Pusat, dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, 1999.



PRE EKLAMPSIA RINGAN


Pre eklampsia ringan adalah sindrom spesifik kehamilan dengan penurunan perfusi pada organ-organ akibat vasospasme dan aktivasi endothel.


Kriteria diagnostik pre eklampsia ringan :

1. Desakan darah 140/90 - 160/110 mmHg; kenaikan darah sistolik 30 mmHg atau

lebih dan kenaikan darah diastolik 15 mmHg atau lebih, tidak dimasukkan

dalam kriteria diagnostik pre eklampsia tetapi perlu observasi yang cermat.

2. Proteinuria 300 mg/24 jam atau lebih jumlah urin atau dipstick +1 atau lebih.

3. Edema : lokal pada tungkai tidak dimasukkan dalam kriteria diagnostik kecuali

anasarka.


Pengelolaan pre eklampsia ringan dapat secara :

1. Rawat jalan (ambulatoir)

2. Rawat inap (hospitalisasi)


Pengelolaan secara rawat jalan (ambulatoir) :

1. Tidak mutlak harus tirah baring, dianjurkan ambulasi sesuai keinginannya. Di

Indonesia tirah baring masih diperlukan.

2. Diet reguler : tidak perlu diet khusus.

3. Vitamin pre natal.

4. Tidak perlu restriksi konsumsi garam.

5. Tidak perlu pemberian diuretik, antihipertensi dan sedativum.

6. Kunjungan ke rumah sakit setiap minggu.


Pengelolaan secara rawat inap (hospitalisasi) :

1. Indikasi pre eklampsia ringan yang dirawat inap (hospitalisasi)

a. Hipertensi yang menetap selama lebih 2 minggu.

b. Proteinuria yang menetap selama lebih 2 minggu.

c. Hasil tes laboratorium yang abnormal.

d. Adanya gejala atau tanda 1 atau lebih pre eklampsia berat.

2. Pemeriksaan dan monitoring pada ibu

a. Pengukuran desakan darah setiap 4 jam kecuali ibu tidur.

b. Pengamatan yang cermat adanya edema pada muka dan abdomen.

c. Penimbangan berat badan pada saat ibu masuk rumah sakit dan

penimbangan dilakukan tiap hari.

d. Pengamatan dengan cermat gejala pre eklampsia dengan impending

eklampsia :

- Nyeri kepala frontal atau occipital.

- Gangguan visus

- Nyeri kuadran kanan atas perut

- Nyeri epigastrium

3. Pemeriksaan laboratorium

a. Proteinuria dipstick pada waktu masuk dan minimal diikuti 2 hari setelahnya.

b. Hematokrit dan trombosit 2 kali seminggu.

c. Tes fungsi hepar 2 kali seminggu.

d. Tes fungsi ginjal dengan pengukuran kreatinin serum, asam urat dan BUN.

e. Pengukuran produksi urin setiap 3 jam (tidak perlu dengan kateter tetap).

4. Pemeriksaan kesejahteraan janin

a. Pengamatan gerakan janin setiap hari

b. NST 2 kali seminggu

c. Profil biofisik janin, bila NST non reaktif.

d. Evaluasi pertumbuhan janin dengan USG setiap 3-4 minggu.

e. Ultrasound Doppler arteri umbilikalis, arteri uterina.


Terapi medikamentosa :

1. Pada dasarnya sama dengan terapi ambulatoar.

2. Bila terdapat perbaikan gejala dan tanda-tanda pre eklampsia dan umur

kehamilan 37 minggu atau lebih, ibu masih perlu diobservasi selama 2-3 hari

lalu boleh dipulangkan.


Pengelolaan obstetrik


Tergantung umur kehamilan :

a. Bila penderita tidak inpartu

- Umur kehamilan kurang 37 minggu

Bila tanda dan gejala tidak memburuk, kehamilan dapat dipertahankan sampai

aterm.

- Umur kehamilan 37 minggu atau lebih

1. Kehamilan dipertahankan sampai timbul onset partus.

2. Bila serviks matang pada taksiran tanggal persalinan dapat dipertimbangkan

dilakukan induksi persalinan.

b. Bila penderita sudah inpartu

Perjalanan persalinan dapat diikuti dengan grafik Friedman atau partograf WHO.


Selama dirawat di rumah sakit dilakukan konsultasi pada :

1. Bagian penyakit mata

2. Bagian penyakit jantung

3. Bagian lain atas indikasi.


Update : 23 Februari 2006


Sumber :


Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam Kehamilan di Indonesia. Kelompok Kerja Penyusunan Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI. Ed. ke-2. 2005.



SINDROMA HELLP


Sindroma HELLP adalah pre eklampsia dan eklampsia yang disertai dengan adanya hemolisis, peningkatan enzim hepar, disfungsi hepar dan trombositopenia. (H = Hemolisis; EL = Elevated Liver Enzim; LP = Low Platelets Count)


Diagnosis sindroma HELLP :

1. Tanda dan gejala yang tidak khas : mual, muntah, nyeri kepala, malaise,

kelemahan. (Semuanya mirip tanda dan gejala infeksi virus).

2. Tanda dan gejala pre eklampsia : hipertensi, proteinuria, nyeri epigastrium,

edema, dan kenaikan asam urat.

3. Tanda-tanda hemolisis intravaskuler :

a. Kenaikan LDH, AST dan bilirubin indirek.

b. Penurunan haptoglobin.

c. Apusan darah tepi : fragmentasi eritrosit.

d. Peningkatan urobilinogen dalam urine.

4. Tanda kerusakan / disfungsi sel hepatosit : Kenaikan ALT, AST, LDH.

5. Trombositopenia : Trombosit 150.000/ml atau kurang.


Semua wanita hamil dengan keluhan nyeri pada kuadran atas abdomen tanpa memandang ada tidaknya tanda dan gejala pre eklampsia harus dipertimbangkan sindroma HELLP.


Klasifikasi sindroma HELLP :

1. Klasifikasi Missisippi

Kelas I : Trombosit 50.000/ml atau kurang; serum LDH 600.000 IU/l atau lebih;

AST dan/atau ALT 40 IU/l atau lebih.

Kelas II : Trombosit lebih 50.000 sampai 100.000/ml; serum LDH 600.000 IU/l

atau lebih; AST dan/atau ALT 40 IU/l atau lebih.

Kelas III : Trombosit lebih 100.000 sampai 150.000/ml; serum LDH 600.000 IU/l

atau lebih; AST dan/atau ALT 40 IU/l atau lebih.

2. Klasifikasi Tennesse

Kelas lengkap : Trombosit kurang 100.000/ml; LDH 600.000 IU/l atau lebih;

AST 70 IU/l atau lebih.

Kelas tidak lengkap : Bila ditemukan 1 atau 2 dari tanda-tanda diatas.


Diagnosa banding pre eklampsia-sindroma HELLP :

1. Trombotik angiopati

2. Kelainan konsumtif fibrinogen, misalnya :

- Acute fatty liver of pregnancy.

- Hipovolemia berat / perdarahan berat.

- Sepsis.

3. Kelainan jaringan ikat : SLE.

4. Penyakit ginjal primer.


Terapi Medikamentosa :

1. Mengikuti terapi medikamentosa : pre eklampsia dan eklampsia.

2. Pemeriksaan laboratorium untuk trombosit dan LDH setiap 12 jam.

3. Bila trombosit kurang 50.000/ml atau adanya tanda koagulopati konsumtif maka

harus diperiksa :

- Waktu protombin

- Waktu tromboplastin parsial

- Fibrinogen.

4. Pemberian dexamethasone rescue :

a. Antepartum : diberikan double strength dexamethasone (double dose). Jika

didapatkan :

- Trombosit kurang 100.000/cc atau

- Trombosit 100.000-150.000/cc dan dengan eklampsia, hipertensi berat, nyeri

epigastrium, gejala fulminant maka diberikan dexamethasone 10 mg IV

setiap 12 jam.

b. Postpartum : Dexamehasone diberikan 10 mg intravena setiap 12 jam 2 kali

lalu diikuti 5 mg intravena setiap 12 jam 2 kali.

c. Terapi dexamethasone dihentikan bila terjadi :

1. Perbaikan laboratorium : Trombosit lebih 100.000/ml dan penurunan LDH.

2. Perbaikan tanda dan gejala klinik pre eklampsia - eklampsia.

5. Dapat dipertimbangkan pemberian :

a. Transfusi trombosit bila trombosit kurang 50.000/cc.

b. Antioksidan.


Sikap : Pengelolaan obstetrik


Sikap terhadap kehamilan pada sindroma HELLP ialah aktif yaitu kehamilan diakhiri (terminasi) tanpa memandang umur kehamilan. Persalinan dapat dilakukan pervaginam atau perabdomen.


Update : 22 Februari 2006


Sumber :


Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam Kehamilan di Indonesia. Kelompok Kerja Penyusunan Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI. Ed. ke-2. 2005.

Powered By Blogger